Seorang
ibu yang baru saja selesai melahirkan diberi masa nifas selama 40-60
hari menurut kebiasaan. Di samping nifas itu berguna membersihkan tubuh
seorang ibu dari penyakit dan memperbaiki sel-sel tubuh yang rusak
selama hamil dan melahirkan, Allah ingin memberikan kemudahan bagi
seorang ibu untuk konsentrasi merawat anaknya. Ia tidak dibebani ibadah
apa pun selama ia masih dalam keadaan nifas. Ibadah, bahkan jihad
baginya pada waktu itu adalah melayani generasi pelanjut yang akan
memakmurkan kehidupan di dunia, yang akan menjadi hamba-hamba Allah di
permukaan bumi. Itu semua hanya untuk kepentingan hamba-Nya.
Dari hal ini kita bisa memahami bahwa Allah hanya ingin memindahkan kita
dari satu nikmat kepada nikmat berikutnya. Semua ibadah yang kita
lakukan hanya untuk kebaikan kita, tidak ada kepentingan Allah di sana.
Sehingga seolah-olah Allah mundur (tanazul) dari hak-hak-Nya demi
kebaikan dan kemudahan hidup hamba-Nya.
Allah hanya inginkan pengakuan
dan sedikit rasa syukur dari hamba-Nya. Di mana pengakuan dan rasa
syukur itu pun bukanlah karena Allah ingin disanjung, dimuliakan. Karena
kekuasaan dan kemuliaan Allah tidak akan bertambah dengan banyaknya
ibadah kita, dan Allah tidak akan menjadi hina karena kezaliman dan
kekafiran hamba-Nya.
Rasa syukur itu manfaatnya juga hanya
untuk kita. Karena kufur terhadap nikmat Allah menyebabkan proses
pemberian nikmat selanjutnya menjadi terhalang. Jadi bukan Allah yang
menghalangi nikmat turun kepada diri kita, tapi kita sendiri sebenarnya
yang menghindar atau menghalangi nikmat Allah itu untuk datang.
Maha Suci Engkau ya Allah, kami saja yang tidak memahami hal itu semua,
maka tambahkanlah pemahaman kepada kami dan jadikanlah kami termasuk
hamba-Mu yang pandai bersyukur.
Seorang
ibu yang baru saja selesai melahirkan diberi masa nifas selama 40-60
hari menurut kebiasaan. Di samping nifas itu berguna membersihkan tubuh
seorang ibu dari penyakit dan memperbaiki sel-sel tubuh yang rusak
selama hamil dan melahirkan, Allah ingin memberikan kemudahan bagi
seorang ibu untuk konsentrasi merawat anaknya. Ia tidak dibebani ibadah
apa pun selama ia masih dalam keadaan nifas. Ibadah, bahkan jihad
baginya pada waktu itu adalah melayani generasi pelanjut yang akan
memakmurkan kehidupan di dunia, yang akan menjadi hamba-hamba Allah di
permukaan bumi. Itu semua hanya untuk kepentingan hamba-Nya.
Dari hal ini kita bisa memahami bahwa Allah hanya ingin memindahkan kita dari satu nikmat kepada nikmat berikutnya. Semua ibadah yang kita lakukan hanya untuk kebaikan kita, tidak ada kepentingan Allah di sana. Sehingga seolah-olah Allah mundur (tanazul) dari hak-hak-Nya demi kebaikan dan kemudahan hidup hamba-Nya.
Allah hanya inginkan pengakuan dan sedikit rasa syukur dari hamba-Nya. Di mana pengakuan dan rasa syukur itu pun bukanlah karena Allah ingin disanjung, dimuliakan. Karena kekuasaan dan kemuliaan Allah tidak akan bertambah dengan banyaknya ibadah kita, dan Allah tidak akan menjadi hina karena kezaliman dan kekafiran hamba-Nya.
Rasa syukur itu manfaatnya juga hanya untuk kita. Karena kufur terhadap nikmat Allah menyebabkan proses pemberian nikmat selanjutnya menjadi terhalang. Jadi bukan Allah yang menghalangi nikmat turun kepada diri kita, tapi kita sendiri sebenarnya yang menghindar atau menghalangi nikmat Allah itu untuk datang.
Maha Suci Engkau ya Allah, kami saja yang tidak memahami hal itu semua, maka tambahkanlah pemahaman kepada kami dan jadikanlah kami termasuk hamba-Mu yang pandai bersyukur.
Dari hal ini kita bisa memahami bahwa Allah hanya ingin memindahkan kita dari satu nikmat kepada nikmat berikutnya. Semua ibadah yang kita lakukan hanya untuk kebaikan kita, tidak ada kepentingan Allah di sana. Sehingga seolah-olah Allah mundur (tanazul) dari hak-hak-Nya demi kebaikan dan kemudahan hidup hamba-Nya.
Allah hanya inginkan pengakuan dan sedikit rasa syukur dari hamba-Nya. Di mana pengakuan dan rasa syukur itu pun bukanlah karena Allah ingin disanjung, dimuliakan. Karena kekuasaan dan kemuliaan Allah tidak akan bertambah dengan banyaknya ibadah kita, dan Allah tidak akan menjadi hina karena kezaliman dan kekafiran hamba-Nya.
Rasa syukur itu manfaatnya juga hanya untuk kita. Karena kufur terhadap nikmat Allah menyebabkan proses pemberian nikmat selanjutnya menjadi terhalang. Jadi bukan Allah yang menghalangi nikmat turun kepada diri kita, tapi kita sendiri sebenarnya yang menghindar atau menghalangi nikmat Allah itu untuk datang.
Maha Suci Engkau ya Allah, kami saja yang tidak memahami hal itu semua, maka tambahkanlah pemahaman kepada kami dan jadikanlah kami termasuk hamba-Mu yang pandai bersyukur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar