BERANDA

Selasa, 24 September 2013

Kapan Pemilu Mesir?

Bagi yang masih mengingat saat demonstrasi besar-besaran orang-orang yang anti Mursi, pada 30 juni yang lalu, salah satu tuntutan utama mereka adalah segera dilangsungkan pemilihan presiden ulang. 

Kemudian terjadilah kudeta militer berdarah. Dan berakhirlah semua capaian kemajuan kehidupan di mesir. Kemajuan konstitusi yang berdasarkan syariat dan dirancang sendiri oleh rakyat dan bangsa mesir. Bukan diimlakkan oleh bangsa dan negara lain. Kemajuan politik dan kehidupan berdemokrasi, kemajuan ekonomi, dan naiknya posisi Negara Mesir di mata Negara-negara kawasan. Bahkan tidak saja di Afrika, malah menjadi sangat diperhitungkan di eropa, amerika dan asia tentunya. Masih ingat betapa susahnya amerika untuk berusaha bisa bertemu dengan presiden Mursi. Sesuatu yang justru sebaliknya di saat Mubarak.

Presiden yang sah secara konstitusi dan dipilih oleh mayoritas rakyatnya, ditangkap dan dipenjara. Begitu juga majelis syura yang dipilih oleh seluruh rakyat mesir dibubarkan. Konstitusi yang sah pun dibatalkan. Padahal konstitusi tersebut telah dirancang oleh para ahli, pakar dan negarawan serta ulama, yang semuanya juga melalui pemilihan. Dan konstitusi itu telah diterima oleh mayoritas rakyat mesir dalam sebuah referendum.

Sebagai gantinya, mesir dipimpin oleh seorang presiden yang ditunjuk oleh panglima angkatan bersenjata. Konstitusi yang sedang disusun, dibuat oleh tim 50 yang kesemuanya adalah orang-orang yang ditunjuk langsung, bukan hasil pemilihan. Dan kemungkinan besar, konstitusi baru ini takkan direferendumkan kepada seluruh rakyat mesir.

Lalu, kapankah akan dilangsungkan pemilu seperti yang mereka tuntutkan di awal?

Pemilu akan dilangsungkan apabila:
1. Seluruh kekuatan Islam telah lumpuh, baik dengan hukuman penjara, atau digantung dengan berbagai tuduhan pembunuhan yang tidak pernah mereka lakukan, atau telah terusir keluar negeri.
2. Seluruh lembaga Negara sudah dalam kekuasaan penuh militer, dan mayoritas rakyat mesir menerima mereka sebagai penguasa yang sah.
3. Seluruh yang dikatakan/dianggap/mengaku ulama telah patuh dan mengikuti seluruh kehendak militer.
4. Seluruh pelaku kudeta mendapat gelar sebagai pahlawan dan penyelamat bangsa. Sedangkan seluruh yang terbunuh dan dibantai di rab’ah, nahdhah, ramses dan seluruh provinsi mesir dinyatakan sebagai teroris dan pemberontak.
5. Berhentinya seluruh demonstrasi damai di seantero mesir dan berakhirnya celaan terhadap kudeta militer berdarah.
6. Mayoritas kandidat Calon Anggota Parlemen berasalah dari kalangan sekuler, liberal, komunis dan kaum loyalis kudeta serta bersih dari satupun calon dari kalangan Islamis.
7. Yakinnya pihak militer bahwa mereka pasti akan menang dalam pemilu tersebut dan mayoritas kursi parlemen akan berada di tangan pendukung kudeta dan kaum sekuler.

Bila semua konsideran di atas belum terwujud, maka pemilu di mesir hanyalah sebuah mimpi di siang bolong.


https://www.facebook.com/irsyad.syafar 

Rabu, 28 Agustus 2013

al-Quran dan Pembacanya

Di antara adab membaca al Qur'an adalah kita merasakan bahwa setiap ayat-ayat itu diturunkan langsung berbicara kepada kita.

Hal yang sangat salah bila orang yang mentadabburi al Qur'an menggunakan ayat-ayat yang dia lantunkan untuk men-scan diri orang lain dan melupakan dirinya sendiri. Padahal seharusnya tilawahnya itu digunakan untuk meneropong dirinya, sesuaikah dengan tuntunan al Qur'an atau tidak.

Sebagian orang menganggap bahwa ayat yang bercerita tentang orang kafir dan munafik jangan digunakan untuk menghukum orang muslim. Hal itu mungkin benar kalau yang dimaksudkan itu adalah menggunakan ayat untuk menghukum orang secara fiqh. Hukum terapan, bukan hukum moral.

Pembicaraan al Qur'an lebih ditujukan kepada sifat yang ada pada diri seseorang. Bila sifat seperti yang disebutkan ada pada seseorang, berarti ia harus intropeksi diri. Sekalipun ayat itu menceritakan tentang orang kafir, kalau sifat orang kafir itu ada pada diri seorang muslim tetap saja ayat itu berlaku kepada dirinya.

Kan tidak masuk akal bila seseorang berlaku zalim sementara ia rajin menjalankan segala ritual ibadah Islam, lalu kita katakan bahwa ayat tentang orang zalim yang kafir tidak berlaku baginya, dia kan seorang muslim. Jadi apakah tidak masalah kalau dia zalim? Atau tidak ada kaitannya dengan ayat?

Allah tidak pernah segan kepada siapapun. Siapa yang bersalah harus dihukum sekalipun keningnya seperti lutut onta saking banyaknya sujud.

Kadang kala orang berfikiran seperti murji'ah yang mengatakan sepanjang kita muslim bersyahadat dosa-dosa yang kita lakukan tidak akan merusak keimanan.

Jadi, khitab (arah pembicaraan al Qur'an) berlaku kepada siapapun yang mempunyai sifat seperti yang disebutkan al Qur'an, sekalipun ia seorang muslim yang rajin menjalankan ritual agama, seperti shalat, puasa, zakat, haji, zikir, tilawah dll, apalagi kalau muslimnya hanya sekadar nompang nama.

Senin, 05 Agustus 2013

Kejujuran Hati

“Maka barangsiapa yang dijauhkan dari api neraka dan dimasukkan ke dalam surga, sungguh ia telah beruntung.” (QS Ali-Imran: 185.)
Usai perang Khandaq, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memerintahkan pasukan kaum Muslimin untuk mengepung benteng Yahudi di Khaibar.
Hal ini untuk membuat perhitungan akibat pemimpin mereka, Huyay bin Al Akhtab menghasut kabilah-kabilah agar mengepung Madinah di perang Khandaq.
Saat pengepungan salah satu benteng di Khaibar, tiba-tiba datanglah seorang pengembala Yahudi bernama Aswad sedang menggiring ribuan ekor kambing.
Khawatir mata-mata, maka Aswad-pun ditangkap, lalu dihadapkan kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.  Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menasehati Aswad dan akhirnya dia taslim dan mengucapkan kalimat syahadat.
“Tapi saya harus kembalikan kambing-kambing ini kepada pemiliknya, ya Rasulullah,” ujar Aswad.
Silakan, hak orang harus dikembalikan,” jawab Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
Lalu Aswad mulai memasukkan kambing-kambing itu ke benteng Yahudi, dan pasukan kaum muslimin dilarang menyerang hingga Aswad selesai.
Selanjutnya Aswad ikut bergabung dengan pasukan kaum Muslimin. Siang itu, akhirnya kaum Muslimin berhasil merebut satu dari tiga benteng Yahudi tersebut. Lalu harta rampasan pun di bagi-bagikan, termasuk bagian untuk Aswad. Akan tetapi Aswad menampiknya, dia tidak mau menerimanya.
“Aku tidak menginginkan ini ya Rasulullah, saya ingin syahid dan tertusuk di sini dan di sini,” ujar Aswad sambil menunjuk dada dan lehernya.
Setengah berbisik sahabat bertanya kepada Rasulullah, apakah keinginan Aswad itu sungguh-sungguh atau bukan.
“Kalau kata-kata itu keluar dari hati nuraninya, maka Allah Subhanahu wa Ta’ala akan membuktikannya,” kata Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
Menjelang Ashar, perangpun kembali berkecamuk, dan kaum muslimin berhasil merebut benteng kedua. Namun Aswad gugur, dia syahid.
Sahabat melaporkan hal ini kepada Raasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. “Aswad syahid ya Rasulullah, dia tertusuk di sini dan di sini,” ujar sahabat itu sambil menunjuk leher dan dadanya.
Faqad shadaq (Sungguh dia jujur),” kata Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
“Dia yang bicara tadi, ya Rasulullah,” tanya sahabat?
“Benar, dia itu,” jawab Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, dan Aswad akan menjadi ahli surga.
Dalam keterangan lain dikisahkan, bahwa sejak mengucapkan kalimah syahadat hingga mencapai syahidnya, ternyata Aswad belum sempat menunaikan shalat, namun takdir berlaku baginya mendapatkan surga Allah Subhanahu wa Ta’ala.
“Barang siapa diciptakan sebagai ahli surga, maka dimudahkan baginya amal-amal ahli surga” (Al-Hadits).
Kalau ditinjau dari segi umur keimanan, tentu Aswad masih sangat belia, masih mualaf. Namun karena kejujuran hatinya, dia disebut Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam sebagai orang sidiq dan berhak mendapat surga Allah Subhanahu wa Ta’ala.
“Subhaanallah, bagaimana dengan kita, yang umur keimanannya jauh lebih tua?” Tanyakan kepada diri kita masing-masing.
Suara tekukur sedih bunyinya
Tentu rindukan bebas terbang
Siapa tak jujur pada hatinya
Tentu selalu merasa bimbang.

Dua Kebahagiaan yang Berbeda

Ramadhan segera berakhir. Pergi selama-lamanya dan tak akan kembali lagi. Ramadhan tahun depan adalah makhluk baru lagi. Idul fitri pun mampir sejenak memberikan kebahagian. Seluruh umat Islam akan berbahagia pada hari tersebut. Tersenyum, tertawa bahkan ada yang berpesta. Namun sebenarnya pada hari itu ada dua macam kebahagian yang berbeda. Semoga kita termasuk kelompok yang pertama dan tidak masuk dalam kelompok yang kedua.

Kebahagian Pertama

Adalah bahagianya orang-orang yang telah mengisi ramadhannya dengan berbagai ibadah dan amal shaleh. Baik disiang hari maupun di malam hari. Siangnya dia berpuasa dengan penuh iman dan perhitungan. Memaksimalkan puasa mata dan telinganya dari yang diharamkan Allah. Menahan lidahnya dari ghibah dan namimah, disamping menahan haus dan lapar. Kemudian dia tetap bekerja dengan penuh semangat, menunaikan amanah dan hak-hak orang lain di tempat bekerjanya. Ia sisihkan sebagian waktunya untuk tilawah Al Quran, membaca makna dan kandungannya, mengulang hafalannya dan berusaha mencicil amalannya sesuai tuntunan Al Quran. Dan yang pasti dia selalu berupaya menjaga shalat wajibnya berjamaah di masjid dan menggenapkannya dengan shalat sunat rawatib

Malam harinya diisi dengan qiyam ramadhan (taraweh) dengan khusyuk dan tenang. Jauh dari perlombaan cepat selesai. Mendengarkan ceramah dan kajian keislaman dari berbagai da’I dan Ustadz untuk menambah ilmu dan wawasan. Lalu menuntaskan tilawah Al Qurannya 1 juz dalam satu hari. Disamping itu dia juga berusaha untuk menerapkan sunnah-sunnah Rasulullah saw dalam berbuka dan makan sahur. Menghindari diri dari sikap berlebih-lebihan dan mubadzir.

Orang ini layak berbahagia pada tanggal 1 syawal, karena Allah telah memberikan janji ampunan bagi yang berpuasa dan qiyamullail dengan penuh iman dan perhitungan. Allah juga janjikan dua kebahagian bagi orang yang berpuasa dengan baik: bahagia dengan berbuka dan bahagia ketika bertemu dengan Allah nantinya. Ia sangat berhak untuk berbahagia karena kemampuan dan keberhasilan melakukan kebaikan, ketaatan dan amal shaleh merupakan karunia Allah yang sangat besar melebihi semua harta dunia. Ia juga sangat berhak untuk berbahagia karena dia telah menjadikan dirinya sebagai hamba (budak) Allah bukan budak diri dan hawa nafsunya. Disamping itu, dia berbahagia karena telah merealisasikan tujuan dari puasa yaitu melaksanakan perintah Allah dan meninggalkan laranganNya (taqwa).

Kebahagian orang jenis pertama ini biasanya dirayakan dengan tetap menjaga amal shaleh selama hari raya, seperti shalat tepat waktu, menutup aurat, mejalin silaturrahim dan menjauhkan diri dari perbuatan dosa dan maksiat.

Kebahagian kedua

Adalah bahagia karena telah terbebas dari beban puasa selama ramadhan. Tidak ada lagi shalat taraweh di malam hari. Ia bahagia karena memakai pakaian baru, rumah baru dan mungkin juga kendaraan baru. Bahagia karena bisa mudik dan pulang kampung bertemu keluarga dan kerabat. Bahagia karena bisa bertemu teman lama, sahabat, dan reunian dengan sesame alumni sekolah. Bahagia karena berbagai makanan dapat dinikmati kapan saja dan dimana saja. Bahagia karena dapat berpergian bertamasya bersama keluarga ke tempat-tempat rekreasi dan wisata.

Adapun prestasinya selama ramadhan tidak layak untuk dibanggakan apalagi dihidangkan kehadapan Allah SWT. Siang hari puasanya hanya menahan lapar dan haus. Waktu berbuka adalah saat untuk membalas dendam. Shalat wajib jarang berjamaah ke masjid. Shalat-shalat sunnat tak seberapa yang dilakukan. Tarawehpun kalau masih bisa memilih, maka dicarinya yang “tercepat dan terkilat” selesainya. Al quran juga tak sempat menjadi temannya sehari-hari. Apalagi untuk mengkhatamkannya dalam sebulan, itu baginya mission impossible. Doa-doa yang khusyuk penuh penghambaan sangat jarang dilakukan. Apalagi untuk sampai mengalirkan air mata. Dalam beraktifitas dikantor atau tempat kerjanya pun dilakukan dengan loyo tak bersemangat. Pelayanan terhadap hak-hak orang lain tidak maksimal karena alasan puasa.

Dalam mengekspresikan kebahagiannya di hari raya, biasanya kelompok kedua ini juga sering kebablasan. Shalat menjadi mudah tertinggal, masjid tidak lagi dikunjungi kecuali sekali-sekali, aurat dan pergaulan tidak dijaga, dan terlalu mudah jatuh ke dalam perbuatan dosa dan maksiat.

Kepada kelompok kedua ini layak diajukan pertanyaan: atas alasan apa anda berbahagia pada hari idul fitri? Apakah anda merasa mendapat kemenangan? Apakah anda telah kembali suci atau fitri? Apakah anda merasa telah mendapatkan ampunan di bulan ramadhan?

Kalau semua pertanyaan tersebut tidak ada jawaban yang jelas, maka masih ada peluang berbahagia. Yaitu dengan segera bertaubat dan memohon ampun kepada Allah atas segala kelalaian, kealpaan, kesombongan, keangkuhan, kecongkakan, yang membuat tidak ikut serta melakukan amal shaleh selama ramadhan. Segera akhiri ramadhan ini dengan curahan air mata penyesalan, kepedihan hati dan kekecewaan atas segala kebaikan yang telah luput. Hanya inilah peluang terakhir dan harapan yang tersisa, tidak ada lagi setelah itu. Moga bisa bergabung dengan kelompok pertama.

Tidak usah kita bicara tentang orang-orang yang selama ramadhan jarang atau tidak berpuasa. Tidak shalat taraweh, tidak menjaga shalat wajibnya dengan berjamaah, atau bahkan meninggalkan shalat wajib. Tidak peduli dengan adab dan etika di bulan ramadhan, tidak tertarik untuk melakukan amal shaleh dan kebajikan. Orang-orang jenis ini semoga Allah berikan hidayahNya, atau kalau tidak, ditakbirkan saja empat kali.

Ya Allah, jadikan kami termasuk kelompok yang pertama… yaa Rabb.

Sabtu, 03 Agustus 2013

PUSARAN-PUSARAN KEBAIKAN DAN ENDING KEZHALIMAN

 

Dr. H. Saiful Bahri, M.A

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

الله أكبر (9  مرات) . الله أكبر كبيراً والحمد لله كثيراً. وسبحان الله بكرةً وأصيلاً. لا إله إلاّ الله والله أكبر، الله أكبر ولله الحمد. الحمد لله الذي فرض علينا الصيام وبعث لنا خير الأنام. أشهد أن لا إله إلاّ الله وحده، صَدَقَ وعْدَه ونصَر عبْدَه وأعزّ جُنْدَه وهزَم اْلأحْزَابَ وحدَه، وأشهد أنّ محمداً عبده ورسوله لا نبي بعد، فصلوات الله وسلامُه على هذا النبي الكريم وعلى آله وذريته وأصحابه أجمعين. أمّا بعد، فيا عباد الله أوصي نفسي وإياكم بتقوى الله، إنه من يتق ويصبر فإن الله لا يضيع أجر المحسنين. يقول المولى عز وجل: ﴿ وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرَىٰ عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ وَهُوَ يُدْعَىٰ إِلَى الْإِسْلَامِ ۚ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ﴾ (الصف: 7).

 طِبْتُمْ وطابَ ممْشَاكُمْ وتَبَوّأتمْ مِن الجنّة منزلاً .

Allahu Akbar x 3, walillahil hamd
Ma’asyiral muslimin wal muslimat rahimakumullah.
Segala puji dan syukur kita kumandangkan di tempat ini. Menandai kemenangan yang dikaruniakan Allah Swt. Sebuah kemenangan yang diraih melalui sebuah proses. Melalui sebuah pengondisian. Melalui kucuran rahmat, maghfirah dan kelembutan Allah. Melalui kebersamaan. Membingkai kasih sayang. Meredam iri dan dengki serta permusuhan. Menjadi sebuah satu. Satu pembebasan dari murka dan kemarahan Allah, berharap ganti ridho dan cinta-Nya yang akan angkat kita ke derajat orang-orang dekat-Nya, derajat orang bertakwa.
Simaklah panggilan lembut-Nya tatkala mewajibkan puasa terhadap kita. Dia menggunakan panggilan khusus yang bahkan sebelumnya tak pernah dikenal oleh Bangsa Arab. (يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا) “wahai orang-orang yang beriman”. Secara eksplisit panggilan seperti ini hanya dipakai pada surat atau ayat-ayat yang turun di Madinah; yaitu diulang sebanyak delapan puluh sembilan (89) kali. Mengindikasikan banyak hal; di antaranya:
  1. Panggilan tersebut adalah panggilan sayang dan cinta karena menonjolkan pemenuhan perintah untuk mengimani Allah, Rasul dan seterusnya. Sekaligus berfungsi sebagai pujian.
  2. Panggilan tersebut selalu digunakan dalam bentuk plural. Menandakan bahwa dalam kondisi bersama dan berkelompok lebih mudah dan memungkinkan untuk mengapresiasikan keimanan dan perilaku keagamaan. Sekaligus perintah untuk merekayasa kebaikan secara sosial. Seperti pendidikan Ramadan, tatkala banyak orang berpuasa (wajib), kemudian membiasakan baca al-Quran, qiyamullail (tarawih dan tahajud), berdoa, bersedekah, silaturahmi dan sebagainya. Maka secara tak sadar kita lebih mudah melakukan hal-hal tersebut. Saat itu orang yang terbaik di antara kita adalah benar-benar orang berkualitas sebagai cerminan doa ibâdurrahmân (وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا) “jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang bertakwa”. Itu adalah permohonan menjadi yang terbaik di antara orang-orang baik.
ALLAH telah turunkan di bulan Ramadan beberapa pusaran kebaikan. Membahas taklif ini kita perlu sisir semua ayat yang berkaitan dengan puasa. Minimal ayat-ayat 183-187 dari QS. Al-Baqarah. Setidaknya ada beberapa poin pusaran kebaikan tersebut:
  1. Puasa yang diwajibkan menjadi kebiasaan sebulan penuh, padahal ibadah ini di luar bulan Ramadan menjadi luar biasa dan hanya dilakukan oleh orang khusus saja (QS. 2: 183) bertemakan pengendalian diri dari yang diperbolehkan, self control, kejujuran, kepekaan sosial sekaligus totalitas ketaatan.
  2. Allah sempurnakan setelahnya dengan menyebut bulan Ramadan sebagai waktu yang di dalamnya diturunkan al-Quran (QS. 2: 184). Ini menandakan di bulan ini kita diminta Allah untuk tingkatkan interaksi dengan al-Quran (membaca, menadabburi, mengajarkan, menebar kebaikan dan hikmahnya disamping tentunya mengamalkan isinya). Bahkan Allah turunkan sebuah surat khusus yang membahas kemuliaan sebuah malam yang dijadikan fasilitas turunnya al-Quran, yaitu malam lailatul qadar. Yang nilainya melebihi seribu bulan. Bukan sama dengan, tetapi lebih baik dari. Dan derajat kebaikan tersebut hanya Allah saja yang mengetahuinya. Allah juga tak katakan, malam tersebut lebih baik dari seribu malam. Barangkali ini memberi support bagi para pecinta al-Quran agar ia semakin bersentuhan dengan al-Quran untuk raih kemuliaan yang melebihi seribu komunitas, atau jauh di atas 30.000 orang lainnya. Karena bulan adalah kumpulan/komunitas malam-malam biasa. Dan hanya satu yang diistimewakan-Nya, malam lailatul qadar.
  3. Diayat selanjutnya Allah beritakan bahwa Dia sangatlah dekat dengan hamba-Nya (QS. 2: 186). Barangkali inilah kedekatan tanpa sekat, yang menandakan Dia berikan perlakuan khusus bagi siapa saja yang berdzikir dan memohonnya melalui doa. (أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ). Maka berdoa menjadi ibadah yang dianjurkan di bulan ini. Allah angkat derajat dan nilai doa di bulan ini melebihi di bulan lainnya.
  4. Allah memerintahkan kita untuk mengakhirkan sahur, merupakan kebaikan yang luar biasa (QS. 2: 187). (وَكُلُوا وَاشْرَبُوا حَتَّىٰ يَتَبَيَّنَ لَكُمُ الْخَيْطُ الْأَبْيَضُ مِنَ الْخَيْطِ الْأَسْوَدِ مِنَ الْفَجْرِ) Hal tersebut dimaksudkan supaya kita kemudian ringan langkahkan kaki untuk tunaikan shalat shubuh di masjid atau musholla. Allah mudahkan shalat shubuh bagi kita, shalat yang sangat berat bagi orang-orang munafik. Ini pertanda sayang Allah, jauhkan kita dari sifat tersebut.
  5. Pemenuhan hak-hak keluarga. Lihatlah betapa lembutnya Allah sindir kita untuk tetap penuhi hak-hak keluarga kita di malam-malam bulan Ramadan, di saat Dia melarangnya di siang hari (QS. 2: 187). (أُحِلَّ لَكُمْ لَيْلَةَ الصِّيَامِ الرَّفَثُ إِلَىٰ نِسَائِكُمْ ۚ هُنَّ لِبَاسٌ لَّكُمْ وَأَنتُمْ لِبَاسٌ لَّهُنَّ) karena ibadah tidaklah identik dengan mengesampingkan fitrah manusiawi, tidak identik dengan terlantarkan hak keluarga untuk disayangi dan diperhatikan. Ini sekaligus sebagai mukaddimah nantinya saat Allah sunnahkan i’tikaf akan lebih mudah mengkondisikan keluarga dan meninggalkan sementara kedekatan dengan mereka (وَلَا تُبَاشِرُوهُنَّ وَأَنتُمْ عَاكِفُونَ فِي الْمَسَاجِدِ).
  6. Di bulan ini Allah juga didik kita untuk senantiasa hidupkan malam-malamnya dengan shalat, berdzikir dan mengakrabi al-Quran. Baginda Nabi Muhammad SAW bersabda: (من قام رمضان إيمانا واحتسابا، غفر له ما تقدم من ذنبه) [HR. Bukhari Muslim dari Abu Hurairah ra.] secara labih khusus beliau juga menyarankan kita untuk perbanyak qiyamullail sebagai sarana raih lailatul qadar (من قام ليلة القدر إيمانا واحتسابا، غفر له ما تقدم من ذنبه)
  7. Selain hal-hal di atas Allah juga kondisikan umat Islam untuk gemar bersedekah dan tunaikan zakatnya, gemar silaturrahmi dan menyemai kelembutan serta perbanyak maaf demi raih maghfirah dan ampunan Allah. Dengan banyak memaafkan, tak berlebihan jika seseorang kemudian mengharap maaf dari Sang Maha Pengampun. Ada banyak pusaran-pusaran kebaikan lainnya yang Allah kondisikan dan permudah untuk dihadiahkan kepada hamba-Nya yang tekun mencari.

 

(يا باغي الخير أقبل ●  ويا باغي الشر أقصر)
Wahai pemburu kebaikan terimalah●  wahai pelaku keburukan berhentilah
Allahu Akbar x 3, walillahil hamd
Ma’asyiral muslimin wal muslimat rahimakumullah
Hari kemenangan ini pula menandakan dahsyatnya kekuatan cinta dan kebaikan. Hari kemenangan yang dirayakan dan disunnahkan untuk siapa saja; tua muda, besar kecil, lelaki dan perempuan. Semua disarankan berpartisipasi di dalamnya. Di sebuah tanah lapang dan tempat terbuka, menampung segala bentuk kebahagian yang diframe dengan ketaatan dan ketundukan pada Allah. Bukti kesanggupan menerima titah-Nya selama sebulan penuh serta tekad melanjutkan spiritnya selama sebelas bulan sisanya.
Hari ini, kita juga menyingkirkan segala representasi kezhaliman. Sombong, angkuh, dengki, iri, permusuhan, saling curiga, menindas dan sebagainya. Karena tak ada lagi tempat bagi kezhaliman untuk bersemayam dalam diri kita, apalagi kita biarkan tersebar ke tengah-tengah masyarakat.
Kezhaliman yang selama ini ikonik dengan simbol Firaun selalu diulang-ulang pembahasannya di dalam al-Quran. Supaya kita ambil ibroh dan pelajaran agar kita tak terjebak di dalamnya, ikut mempraktekkan ataupun melakukan pembiaran terhadap terjadinya kezhaliman.
Mari renungi tabiat-tabiat kezhaliman Firaun:
  1. Merasa menjadi yang tertinggi dan tak tertandingi, menahbiskan dirinya sebagai tuhan (أَنَا رَبُّكُمُ الْأَعْلَىٰ) “Akulah tuhanmu yang paling tinggi” (QS. An-Nâzi’ât [79]: 24), dewa yang disembah dan dielu-elukan. Tak terbantahkan titahnya, dikelilingi puji-pujian yang sebenarnya hanya keluar dari para penjilat di sekelilingnya.
  2. Merasionalisasikan kezhalimannya dengan merakayasa dukungan rakyatnya melalui berbagai media padahal sang zhalim tak perlu izin dan rasionalisasi untuk melakukan kezhaliman. (وَقَالَ فِرْعَوْنُ ذَرُونِي أَقْتُلْ مُوسَىٰ وَلْيَدْعُ رَبَّهُ ۖ) “Dan berkata Fir’aun (kepada pembesar-pembesarnya): “Biarkanlah aku membunuh Musa dan hendaklah ia memohon kepada Tuhannya…” (QS. Ghafir [40]: 26). Dan karena sebelumnya pun ia tak perlu alasan untuk membunuhi bayi-bayi lelaki Bani Israel, hanya karena mimpi dan selalu terhalusinasi serta terobsesi oleh bunga tidur yang sangat menakutinya.
  3. Melakukan tekanan psikis (psy war). (قَالَ أَلَمْ نُرَبِّكَ فِينَا وَلِيدًا وَلَبِثْتَ فِينَا مِنْ عُمُرِكَ سِنِينَ) (QS. Asy-Syu’arâ [26]: 18). Firaun ungkit budi baiknya pada Musa agar ia jatuh mentalnya serta urungkan untuk mendakwahinya dan hentikan kezhaliman yang dilakukannya.
  4. Pemutarbalikan fakta (إِنِّي أَخَافُ أَن يُبَدِّلَ دِينَكُمْ أَوْ أَن يُظْهِرَ فِي الْأَرْضِ الْفَسَادَ) “karena sesungguhnya aku khawatir dia akan menukar agamamu atau menimbulkan kerusakan di muka bumi” (QS. Ghafir [40]: 26) Siapa sesungguhnya yang berbuat kerusakan dan takut posisinya tergeser oleh Musa?

Dan nampaknya kisah kezhaliman ini tak berhenti, meski sangat ikonik dengan simbol zhalim, tokohnya akan terus berganti. Firaun memang terbujur kaku di museum Tahrir, Cairo di Mesir. Tetapi menitis pada setiap kezhaliman yang terjadi setelahnya.
Simaklah kisah pembantaian umat Islam di Suriah. Dan kini parade kezhaliman sedang dipertontonkan kepada dunia, melalui kudeta militer terhadap pemimpin negeri Mesir yang terpilih secara demokratis. Padahal dalam sejarah negeri itu, para aktivis Islam ketika kalah dalam pemilihan, mereka tetap menerima hasilnya, meski prosesnya penuh kecurangan. Namun, tampaknya kezhaliman tak perlu demokrasi dan harus menunggu empat atau lima tahun lagi. Maka kezhaliman padu dengan ketergesa-gesaan dan kecerobohan. Nyawa-nyawa yang melayang pun seolah tak berharga, dengan mengatasnamakan rakyat mereka tulikan telinga untuk dengar aspirasi rakyat yang lainnya yang sebelumnya telah memenangkan pemilu.
Padahal hancurnya dunia lebih ringan bagi Allah dibanding hilangnya satu nyawa seorang mukmin. Dan karena “barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya.” (QS. Al-Maidah: 32)
Para pejuang HAM pun mendadak diam, enggan sampaikan dukungan atau sekedar ungkap dan tuliskan fakta. Media pun tersetting untuk memback up kezhaliman ini, atau setidaknya mendiamkannya.
Tapi yang pasti kezhaliman akan menemui endingnya yang hina. Firaun menjemput kematiannya dengan tenggelam. Sebagaimana Namrud, ikon kezhaliman sebelumnya yang mati “hanya” melalui seekor nyamuk yang masuk di dalam hidungnya. Abu Jahal, sang zhalim yang lain juga menemui ajalnya di tangan dua orang anak kecil (Muadz dan Mu’awidz), bukan di tangan petarung dan jagoan. Itulah cara kematian yang terhina.
Mudah-mudahan Allah pelihara kita untuk tetap berada dalam pusaran-pusaran kebaikan, sehingga kita selalu mudah melakukan kebaikan dan memiliki kepuasan melaksanakan dan menebarkannya kepada sebanyak mungkin makhluk-Nya. Serta dijauhkan dari orbit-orbit kezhaliman, mempraktekkannya ataupun mendiamkannya atau bahkan mendukungnya secara membabi buta dikarenakan silau dengan materi dunia dan gila jabatan serta popularitas.

إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا. اللهم صل علي سيدنا محمد وعلى آله وصحبه وسلم .اللهمّ اغفر لجميع المسلمين والمسلمات الأحياء منهم والأموات إنك سميع قريب مجيب الدعوات. اللهم تقبل صلاتنا وقيامنا وصيامنا وركوعنا وسجودنا وتلاوتنا وصدقاتنا وأعمالنا، وتمّم تقصيرنا يا رب العالمين. اللهمّ إنك عفو تحبّ العفو فاعف عنا يا كريم. اللهمّ توفنا مسلمين وألحقنا بالصالحين . اللهمّ انصر إخواننا المستضعفين في فلسطين وفي سوريا وفي مصر وسائر بلاد المسلمين. رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا. ربنا آتنا في الدنيا حسنة وفي الآخرة حسنة وقنا عذاب النار. والحمد لله رب العالمين

تقبل الله منا ومنكم وكل عام وأنتم بخير وإلى الله أقرب وعلى طاعته أدوم

والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Baca dan Tadabbur Qur'an

Syekh Mahmud Khalil al Hushary:
Kewajiban orang yang membaca al Qur'an untuk menyibukkan hati dan fikirannya pada makna setiap kalimat yang ia ucapkan. Ia harus mengetahui kemana arah tujuan setiap ayat. Sekaligus ia harus menghayati segala perintah dan larangannya.

Selanjutnya, ia ukur seluruh sifat dan perbuatannya dengan kandungan ayat-ayat itu. Andaikan ia berada pada posisi kurang ia harus menghadap dengan seluruh anggota tubuhnya kepada Tuhannya. Dan ia harus minta ampun dari segala dosanya.

Andaikan ia berlalu dengan penuh keseriusan ia harus memuji Allah dan meminta kepada-Nya supaya selalu diberi bimbingan dan kelurusan.

Dan tadabbur adalah tujuan paling utama dari membaca Al Qur'an.

Di antara bala' yang paling bahaya itu adalah bahwa setiap orang mengira kandungan ayat al Qur'an yang ada selalu ditujukan kepada orang lain, hingga ia tidak memperobeh faedah untuk dirinya sendiri.

Jumat, 02 Agustus 2013

Antara Mempersulit Pernikahan dan Kesulitan Pernikahan

Oleh : M Fauzil Adhim
Adakalanya terhambatnya akad nikah karena keluarga wanita mempersulit proses pernikahan. Adakalanya, kedua pihak tidak mempersulit proses, tetapi mereka menjumpai kesulitan-kesulitan. Yang pertama, membuat orang merasa terhalang dan dihambat. Yang kedua, insya-Allah dapat memperkokoh ikatan ketika keduanya merasa mendapat tantangan yang harus disikapi dengan baik, arif, bijaksana, dan tenang.
Adakalanya sebuah pernikahan harus menghadapi kesulitan untuk menguji kesungguhan dan kejernihan niat. Ketika menghadapi masalah ini, sebagian mungkin lari atau segera berhenti di tengah jalan. Sebagian lagi tetap mencoba untuk tidak menyerah.
Kesulitan adalah perkara yang wajar, bahkan sangat wajar, dalam sebuah mujahadah (perjuangan). Mencapai pernikahan yang barakah adalah perjuangan untuk menjaga kesucian dan kehormatan. Kesulitan adalah kelayakan. Ia seperti hujan yang diikuti petir, sedang petir membawa muatan energi besar. Sebelum hujan turun, terlebih dulu ada awan. Mereka yang berada di bawahnya merasa kepanasan.
Meskipun demikian, kesulitan yang merupakan ujian kesungguhan niat agar mendapat kemuliaan dan barakah Allah, berbeda sekali dengan kesulitan karena mempersulit diri. Yang pertama adalah takdir Allah yang di dalamnya pasti ada kebaikan. Yang kedua, Allahu a’lam bishawab. Saya tidak bisa menjelaskan. Bagaimana memahaminya? Anda bisa jadi tidak berpuasa ketika Ramadhan tiba. Dini hari Anda makan sahur bersama keluarga. Sesudah itu meniatkan untuk melakukan puasa. Siang harinya Anda masuk-masukkan batang pensil ke tenggorokan sehingga Anda muntah-muntah. Alhasil, Anda harus membatalkan puasa.
Bisa jadi sebaliknya. Anda sudah berniat puasa. Jam tiga dini hari sudah masak dan makan sahur. Pagi sampai siang hari menjaga diri dari melakukan hal-hal yang dapat membatalkan. Tetapi pukul lima sore hari Anda datang bulan (menstruasi) sehingga Anda harus membatalkan puasa.
Yang pertama Anda batal berpuasa karena mempersulit diri. Yang kedua, Anda tidak jadi berpuasa karena mendapatkan kesulitan yang tidak bersumber dari diri Anda. Yang pertama adalah perbuatan dosa, karena Anda memiliki pilihan untuk taat atau tidak taat kepada perintah Allah. Yang kedua insya-Allah justru memberi kemuliaan bagi Anda. Derajat Anda terangkat jika Anda ridha. Anda tidak berdosa ketika membatalkan puasa, karena Anda menghadapi “paksaan takdir” (jabr) yang tidak dapat Anda tentukan.
Keduanya perlu diganti dengan puasa di lain hari. Tapi makna keduanya sangat berbeda.
Ada contoh lain. Ketika puasa, Anda sakit, sehingga Anda tidak berpuasa. Jika Anda ridha, Allah akan membebaskan dosa-dosa Anda sesuai dengan sakit yang Anda alami dan keridhaan Anda menerima. Dalam hal ini, kesulitan meningkatkan kemuliaan dan derajat Anda.
Walaupun demikian, bisa jadi Anda sakit karena Anda tidak mau mengambil rukhshah (keringanan). Misalnya Anda melakukan perjalanan jauh yang melelahkan dan membahayakan fisik jika tidak makan, akan tetapi Anda tidak mengambil hakAnda untuk tidak berpuasa. Akibatnya Anda sakit. Padahal Allah dan Rasul-Nya telah memberi keringanan.
Pada kasus ini, Anda tidak mendapat kesulitan karena takdir mengharuskan demikian. Anda sakit karena Anda menzalimi diri sendiri. Anda mempersulit diri. Anda memberat-beratkan, sehingga Anda terkalahkan.
Wallahu A’lam bishawab wallahul musta’an.

Pertanyaan-Pertanyaan di Padang Mahsyar

Oleh:Ust. Tifatul Sembiring
 
"Dan didatangkanlah para Nabi dan saksi-saksi dan diputuskan diantara mereka dengan adil" QS Az-Zumar:69.

Di Padang Mahsyar, seluruh manusia akan dikumpulkan kembali. Padang yang terhampar luas dan rata, serta terang benderang disinari cahaya Allah swt.

Manusia akan berjejer, berbaris-baris menghadapkan wajahnya kepada Allah menanti perhitungan diri masing-masing. Akan ditimbang seluruh kebaikan dan keburukan manusia, apa yang pernah dikerjakan dan apa yang pernah ditinggalkan.

Sebesar debu kebaikan ia akan melihatnya, dan sebesar debu kejahatannya ia akan melihatnya pula. Tidak ada yang luput dari catatan aparat malaikat yang bertugas mencatatnya sewaktu di dunia.

Tentu banyak pertanyaan yang akan dihadapi, apalagi terkait urusan dengan manusia yang belum selesai saat di dunia. Disinilah pengadilan yang hakiki. Namun ada sabda Nabi saw sbb:

"Tidak boleh melangkah kaki seseorang di hari kiamat (mahsyar) sehingga ia ditanya tentang empat perkara. Tentang umurnya, untuk apa dia habiskan. Tentang jasadnya, untuk apa dia pergunakan. Tentang hartanya, dari mana dia dapatkan dan ke mana dia belanjakan. Tentang ilmunya, apa amal yang diperbuatnya"~ Al-Hadits.

Ini adalah pertanyaan yang berat dan tidak mudah dijawab. Ketika seseorang dikarunia Allah swt berumur panjang, untuk apa dia habiskan. Apakah untuk beribadah kepada Allah swt atau justru untuk maksiat. Umur dari tahun ke tahun, bulan ke bulan, hari ke hari, bahkan dari menit ke menit akan dipertanggung jawabkan di Padang Mahsyar kelak.

Ketika kita diberi tubuh yang sehat, paras yang cantik atau ganteng, untuk apa kita gunakan. Apakah untuk ketaatan kepada Allah, atau melalaikan perintah-perintahNya.

Ketika kita diberikan harta, dari mana diperoleh. Halal atau haramkah harta itu. Lalu dibelanjakan untuk apa? Apakah untuk mendekatkan diri pada-Nya, atau justru berleha-leha semakin jauh dari penghambaan diri kepada Allah swt?

Tentang ilmu dan kepintaran yang kita miliki, adakah pengamalannya sudah sesuai dengan tuntunan syariat. Bagaimana akibatnya, jika yang bersangkutan malah menuntut ilmu hitam dan melakukan kedurhakaan dan kejahatan.

Amat pelik persoalan yang akan melilitnya esok saat yaumul hisab, hari perhitungan. Seorang ayah akan ditanya tanggung jawabnya terhadap isteri dan anak-anaknya, sudahkah ia mendidik dan membimbing anak isterinya ke jalan Allah. Ataukah ia abai terhadap amanah tersebut.

Seorang ibu akan ditanya tentang rumah suaminya, tanggung jawab terhadap anak-anaknya. Bahkan seorang pemimpin akan ditanya tentang orang-orang yang dipimpinnya. Sehingga para pemimpin akan dihisab belakangan, setelah orang-orang biasa selesai.

Lalu berapa lamakah manusia akan berada di Padang Mahsyar. Satu keterangan hadits, mengatakan lamanya ribuan tahun.

"Siapa yang dirincikan hisabnya, maka ia akan celaka," ujar Nabi saw.

"Allahumma yassir hisabanaa, Wa Yammin kitaabana..Ya Allah mudahkanlah hisab kami. Dan berilah kitab kami dari sebelah kanan".

Kalau tupai membidik cempedak
Arahnya jelas tak kan tersasar
Kalaulah lalai mendidik si anak
Jadi musuh di padang mahsyar.


Sumber: www.bersamadakwah.com

Cara Terbaik Memburu Lailatul Qodar

Lailatul qadar adalah malam yang sangat dirindukan oleh seluruh umat Islam. Sebab keutamaannya, malam itu lebih baik dari seribu bulan. "Khairun min alfi syahr," firman Allah di dalam surat Al Qadr. Tidak heran jika banyak umat Islam yang memburu lailatul qadar.

Kepastian lailatul qadar turun pada tanggal berapa, apakah tanggalnya tetap setiap tahun atau berganti-ganti, menjadi misteri tersendiri yang membuat umat Islam semestinya termotivasi untuk mendapatinya, meski tidak bisa memastikannya.

Berikut ini 3 cara terbaik memburu lailatul qadar:

Cara terbaik 3:
Menghidupkan malam-malam ganjil pada sepuluh hari terakhir Ramadhan dengan ibadah

Ada hadits yang menyebutkan bahwa lailatul qadar (pernah) terjadi pada malam ke-27, tetapi para ulama tidak memastikan bahwa lailatul qadar pasti jatuh pada tanggal itu di setiap tahun. Ulama Syafi'iyah berpendapat lailatul qadar terjadi pada malam ke-21. Mayoritas ulama meyakini, lailatul qadar jatuh pada malam ganjil di sepuluh hari terakhir Ramadhan. Yakni malam 21, 23, 25, 27, atau 29.

Maka untuk "memburu" lailatul qadar, hidupkanlah malam-malam ganjil pada sepuluh hari terakhir Ramadhan itu dengan memperbanyak ibadah. Lebih utama jika bisa menunaikan i'tikaf di malam-malam itu.

Cara terbaik 2:
Menghidupkan sepuluh malam terakhir Ramadhan dengan ibadah

Meskipun mayoritas ulama berpendapat, sebagaimana hadits Rasulullah, bahwa lailatul qadar jatuh pada malam ganjil di sepuluh hari terakhir Ramadhan, kenyataan hari ini memperlihatkan malam ganjil bagi sebagian umat Islam ternyata adalah malam genap bagi umat Islam yang lain. Contohnya saja di Indonesia yang saat ini terjadi perbedaan hari dimulainya Ramadhan yang kemudian secara otomatis membawa perbedaan kapan malam ganjil dan kapan malam genap. Karenanya, untuk "memburu" lailatul qadar, hidupkanlah sepuluh malam terakhir Ramadhan itu dengan memperbanyak ibadah. Lebih utama jika bisa menunaikan i'tikaf di sepuluh hari itu sebagaimana dicontohkan Rasulullah, istri beliau dan para sahabat beliau.

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:


إِنِّى أُرِيتُ لَيْلَةَ الْقَدْرِ ، وَإِنِّى نُسِّيتُهَا ، وَإِنَّهَا فِى الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ فِى وِتْرٍ
Sungguh aku diperlihatkan lailatul qadar, kemudian aku dilupakan –atau lupa- maka carilah ia di sepuluh malam terakhir, pada malam-malam yang ganjil. (Muttafaq alaih)

Mengomentari hadits tersebut, Syaikh Yusuf Qaradhawi berkata, "Malam-malam ganjil yang dimaksud dalam hadits di atas adalah malam ke-21, 23, 25, 27 dan 29. Bila masuknya Ramadhan berbeda-beda dari berbagai negara, sebagaimana yang kita saksikan sekarang, maka malam-malam ganjil di sebagian wilayah adalah malam genap di wilayah lain. Sehingga untuk hati-hati, carilah lailatul qadar ini di seluruh malam sepuluh terkahir Ramadhan."

Cara terbaik 1:
Menghidupkan seluruh malam Ramadhan dengan ibadah

Meskipun mayoritas ulama berpendapat bahwa lailatul qadar jatuh pada malam ganjil di sepuluh hari terakhir Ramadhan, ada juga yang mengatakan kemungkinan terjadinya di malam lain di bulan Ramadhan. Jika demikian halnya, maka cara terbaik adalah menghidupkan seluruh malam Ramadhan dengan ibadah. Minimal, di penghujung malam (sepertiga malam terakhir) pada 20 hari pertama Ramadhan dan beriktikaf pada 10 malam terakhir Ramadhan. Mengapa untuk awal Ramadhan di sepertiga malam terakhir? Sebab seperti dijelaskan di surat Al Qadr, lailatul qadar terbentang hingga terbitnya fajar. Kapan mulainya kita tidak tahu, tetapi kapan akhirnya kita tahu: terbitnya fajar. Maka jika pun tak mendapat dari awal, kita tidak ketinggalan dari bagian akhirnya.

Cara terbaik inilah yang dipraktikkan oleh para ulama seperti Imam Syafi'i dan Imam Bukhari yang menghidupkan seluruh malam pada bulan Ramadhan hingga beliau bisa mengkhatamkan Al Qur'an setiap malam. Wallahu a'lam bish shawab.
Sumber: www.bersamadakwah.com

Senin, 22 Juli 2013

Klarifikasi Tifatul Sembiring Terkait Pemberitaan PLIK/MPLIK oleh Tempo


By. Tifatul Sembiring
(@tifsembiring)
Kami akan gunakan hak jawab baik terhadap Majalah maupun Koran Tempo untuk meluruskan tulisan soal PLIK/MPLIK #klarifikasi

Kalau boleh menyimpulkan dalam satu kata ttg tulisan berkait PLIK/MPLIK, singkat saja, kata yang tepat adalah: LEBAY! #klarifikasi

PLIK/MPLIK adalah penerjemahan arahan Presiden SBY di National Summit 2009 tentang sebuah cita-cita "Indonesia Connected" #klarifikasi

Juga tindak lanjut World Summit on the Information Society WSIS 2005 di Tunisia komit di 2015, 50% masy. terakses internet #klarifikasi

WSIS inilah yang menjadi cikal dari USO (Universal Service Obligation) yang nantinya menjadi sumber dana PLIK/MPLIK #klarifikasi

Dalam Masterplan Percepatan & Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) juga disebut penguatan konektivitas #klarifikasi

Dimana @kemkominfo menjadi pelaksanannya melalui program-program berkait USO yang telah 

berjalan baik selama ini #klarifikasi

Lahirlah program Desa Berdering, Desa Internet, Desa Pinter, Pusat layanan Internet Kecamatan atau PLIK dan Mobil PLIK #klarifikasi

PLIK telah hadir di 5.758 kecamatan & MPLIK tersedia 1.907 unit tersebar di seluruh Indonesia, dari Sabang sampai Merauke. #klarifikasi

PLIK/MPLIK bukan proyek PENGADAAN. Tapi SEWA JASA, pembiayaan hanya dikeluarkan dari pekerjaan yg telah dilakukan pelaksana #klarifikasi'

Untuk MPLIK, pemenang tender yang terbagi beberapa zona-lah yang mengadakan sendiri mobil, komputer dan koneksi internet. #klarifikasi

Pemerintah/@Kemkominfo hanya membayar sewa jam koneksi kepada pemenang tender MPLIK yang disubsidi sebesar RP 3.125/jam #klarifikasi

Jadi, hanya koneksi yg sukses berjalan sajalah yang dibayarkan sewanya berkait PLIK/MPLIK ini. Yang nggak sukses, noway! #klarifikasi

Dari 2,9 Trilyun dana USO telah digunakan sekitar 900M untuk pembiayaan program-program terkait USO, termasuk PLIK/MPLIK #klarifikasi

Audit oleh auditor independen, evaluasi keberhasilan PLIK/MPLIK mencapai 70%. jadi hanya 70% inilah yang akan dibayar #klarifikasi

Memang ada sebagian yg terhambat, namun jangan hanya dg bahagian kecil ini, lalu jadi patokan utk keseluruhan PLIK/MPLIK #klarifikasi

Sebagian kita mungkin masih hanya bisa lihat sisi negatif pihak lain. Sisi sukses sama sekali tak menarik dilirik. #klarifikasi

Misalnya @kemkominfo dengan anggaran 2-3 trilyun/tahun, namun berhasil mengumpulkan PNBP 11-12 trilyun dan terus meningkat #klarifikasi

Kembali soal koran & majalah Tempo, dengan sekilas orang awampun bisa lihat kelemahan data, logika dan ketidakrunutan. #klarifikasi

Terbaca ada "framing" tertentu yg ingin dibangun tulisan tersebut. Pembaca yang makin cerdas dapat dg mudah melihatnya :) #Klarifikasi

Ada pengait-ngaitan nama yang dilakukan secara serampangan dan hanya mendasarkan pada asumsi lemah yang dipaksakan #klarifikasi

Jika ada penyimpangan, silakan bongkar saja. Saya dukung. Rasanya hanya @kemkominfo yang sigap buat MOU dengan @KPK_RI #klarifikasi

Demikian #klarifikasi ttg PLIK/MPLIK sbg penyeimbang pemberitaan terkait. Saya percaya, pembaca makin cerdas sikapi media yg ada :)

Kami akan meminta ruang yg layak di media terkait untuk pemuatan hak jawab. Penjelasan di socmed ini sbg pendahuluan. #klarifikasi

Cintai Saudara Mu

Konon kabarnya Hajjaj bin Yusuf Ats Tsaqafy memerintahkan untuk menagkap 3 orang dalam sebuah kasus dan memasukkan mereka ke dalam penjara.Selanjutnya ia memerintahkan algojonya untuk memenggal kepala ketiga orang itu.

Tatkala mereka digiring ke depan algojo, Hajjaj melihat seorang perempuan cantik menangis dengan sangat memilukan.

Lalu ia berkata: Bawa perempuan itu ke hadapanku!

Ketika ia sudah berada di depannya, ia bertanya: "Apa yang membuatmu menangis?"

Perempuan: Orang-orang yang engkau perintahkan untuk dipancung itu adalah suamiku, saudara kandungku dan anak kesayanganku, bagaimana aku tidak akan menangis?

Lalu Hajjaj memutuskan untuk memaafkan salah seorang di antara mereka bertiga sebagai penghargaan terhadap perempuan itu. Dan ia berkata: "Pilihlah salah seorang di antara mereka bertiga untuk aku maafkan".

Dalam perkiraan Hajjaj perempuan itu akan memilih anaknya.

Suasana menjadi tegang dan sunyi senyap. Seluruh mata tertuju kepada perempuan itu, menunggu siapa yang ia pilih untuk dimaafkan.

Ia diam sejenak, kemudian angkat bicara: "Aku pilih saudaraku".

Hajjaj menjadi kaget mendengar jawaban perempuan itu. Langsung saja ia bertanya apa rahasia dibalik pilihannya terhadapa saudaranya?

Lantas ia menjawab: Adapun suami ia tetap ada. (Artinya ia mungkin menikah lagi dengan laki-laki lain)

Adapun anak juga ada. (Artinya setelah menikah lagi ia bisa memperoleh anak kembali)

Adapun saudara ia akan hilang (Karena ibu dan bapaknya sudah tidak ada)

Jadilah ungkapan perempuan itu sebagai pribahasa dan kata-kata hikmah yang membuat Hajjaj jadi tercengang melihat kebijaksanaan dan kepintarannya.

Akhirnya Hajjaj memutuskan untuk memaafkan mereka semua.

Subhanallah.......

Kesimpulan: Saudara itu tidak tergantikan. Seseorang tidak akan merasakan betapa berharganya seorang saudara kecuali setelah kehilangan salah seorang di antara mereka.

Makanya peliharalah hubungan antara dirimu dengan saudara-saudaramu, karena mereka adalah sesuatu yang tidak mungkin tergantikan.

Jumat, 19 Juli 2013

Ramadhan Bulan al-Qur'an


Seorang kakek tinggal di sebuah perkebunan di kaki pegunungan yang indah bersama seorang cucunya yang masih kecil. Sang kakek selalu bangun subuh untuk shalat tahajjud dan dilanjutkan dengan shalat subuh. Setelah itu ia duduk di hadapan sebuah meja untuk membaca al Qur'an. 

Sang cucu ingin sekali meniru kakeknya dalam segala hal. Ia menirukan setiap gerakan dan perbuatan yang dilakukan oleh kakeknya. 

Pada suatu hari ia bertanya kepada kakeknya: "Wahai kakek, aku sudah berusaha dengan serius untuk membaca al Qur'an seperti yang engkau lakukan, akan tetapi setiap kali aku berusaha membacanya aku tidak dapat banyak memahaminya. Kalaupun aku faham tentang sesuatu cepat sekali hilang dari ingatanku. Baru saja aku menutup mushaf al Qur'an berangsur-angsur hilang dari memoriku apa yang sudah aku fahami itu. Jadi apa gunanya membaca al Qur'an banyak-banyak?

Waktu itu sang kakek lagi menggenggam bara untuk diletakkan di atas pemanas ruangan, lalu ia seperti meludah dengan tenang dan ia letakkan bara yang ada di tangannya. Kemudian ia berkata: Ambillah keranjang bara yang sudah kosong ini dan pergilah ke sungai, kemudian kembalilah ke sini dengan membawa air!

Dengan patuh anak kecil itu pergi melakukan apa yang diperintahkan kakeknya. Akan tetapi ia dikagetkan dengan air yang menetes dari sela-sela keranjang dan habis sebelum sampai ke rumah. 

Kakeknya memperhatikan sambil tersenyum dan berkata: Harusnya kamu lebih cepat lagi berjalan membawa air itu!

Sang cucu kembali lagi ke sungai dan berusaha berjalan lebih cepat ke rumah. Sayang sekali air tetap saja merembes keluar dari keranjang. Anak itu menjadi kesal. Lalu ia berkata kepada kakeknya: Merupakan hal yang mustahil bila aku membawakan air untuk kakek dengan keranjang ini, sekarang aku akan pergi ke sungai dengan membawa ember supaya aku bisa memenuhinya dengan air untukmu.

Kakek: Tidak, aku tidak memintamu membawakan air dengan ember, aku menginkan keranjang berisi air. Aku kira kamu belum mengerahkan segala kesungguhan wahai cucuku.

Kemudian sang kakek keluar bersama cucunya untuk membimbingnya secara langsung melakukan apa yang ia perintahkan. Anak kecil itu yakin sekali kalau ia melakukan sesuatu hal yang mustahil. Cuma ia ingin memperlihatkan keseriusan kepada kakeknya dengan bukti perbuatan. Ia berlari sekencang-kencangnya menuju kakeknya. Sambil terengah-engah ia berkata: Kakek sudah lihatkan? Tidak ada faedahnya???

Sang kakek memandangi cucunya sambil berujar: Apakah kau mengira tidak ada faedahnya apa yang sudah kau lakukan? Ke sinilah dan lihatlah apa yang terjadi dengan keranjang ini!

Anak itu mengamati keranjang itu, ia baru sadar kalau keranjang itu sekarang sudah berubah dari bentuk semula. Keranjang yang tadinya dikotori oleh bara sekarang betul-betul sudah bersih, baik dari luar maupun dari dalam.

Ketika sang kakek melihat cucunya jadi tercengang, ia berkata: Persis seperti ini yang terjadi ketika kamu membaca al Qur'an. Barangkali kamu tidak faham banyak darinya, dan kamu cepat lupa apa yang kamu fahami atau yang telah kamu hafal dari ayat-ayatnya, akan tetapi ketika kamu terus membacanya kamu akan berangsur berubah ke arah yang lebih utama, baik itu dari dalam jiwa maupun dari penampilan sifat luar. 

Ramadhan bulan al Qur'an, mari kita perbanyak membaca dan mentadabburinya.

Jumat, 12 Juli 2013

Galeri Potho Rakyat Mesir Pasca Kudeta Presiden Morsy

Add caption

Kota-kota konsentrasi pendemo pro Morsy








 Syuhada Fajar







 Ibu salah seorang Syuhada "Abdul Hamid Muhammad"di Rab`ah Adawea memberikan semangat kepada Demonstran...







Doktor Ridha Muhammadi Dosen Al-Azhar University yang cidera setelah peristiwa depan Markaz Paspampres, memembrikan semangat kepada Demostran dari atas Panggung Rab`ah




Demonstran Shalat Taraweh di Medan Hurriyah "Propinsi Almenia"


saking padatnya, tak ada temput untuk ruku` atau sujud kecuali apa yang ada didepan mereka(punggung teman).‪#‎Subhanallah‬



Kawasan Markaz Paspampres "Menyediakan kain Kapan"



Anak salah seorang demonstran"Umar" yang luka2 depan Markaz Paspampres.di atas Panggung Rab`ah Adawea.





Al-Qur'an ditengah-tengah pendukung Morsy
 














Seorang penganut Masehi mendukung Morsy dan Ikhwan al-Muslimin



Dukungan dari Baitul Maqdis




















Rob'ah adawe

Menykapi Situasi di Mesir

Oleh: Ust. H. Irsyad Safar, Lc., MA.

Membaca beberapa diskusi dan status Teman-teman tercinta alumni timteng, khususnya Alumni Al Azhar, ana sangat setuju bahwa Kita tidak usah terjebak membicarakan Syekh Al Azhar. Allahu Haasibuhu… Namun tidak terhalang agar kita saling tawaashau bil haq, bishshbar dan bil marhamah. Ana juga ingin menambahkan beberapa poin berikut:

Pertama. Betul Ramadhan itu bulan ibadah dan amal shaleh. Tetapi, bukan amal shaleh yg terpaku dgn amaliah fardiyah belaka. Bukan sekedar fiqh shiyam, shadaqah, qiyamullail, dan sejenisnya. Ingat, ramadhan juga syahrul jihad. Bulan perjuangan, bulan kemanangan umat Islam terhadap penjajah dan pelaku kazhaliman. Umat juga perlu tahu tentang fiqh jihad. Apalagi dalam kontek kontemporer. Bukan menghasung umat berjihad, tetapi memahamkannya, mencerdaskannya, ikut serta mendoakan para pejuang mujahidin di seluruh dunia.

Ramadhan juga syahrul muwaasaah (bulan peduli dan berbagi). Rasulullah paling tinggi kepeduliannya di bulan ramadhan dengan banyak memberi dan berbagi. Diantara bentuk kepedulian kita kepada saudara2 kita seiman adalah mengetahui kondisi riil mereka yang sebenarnya. Bahkan ana sangat tidak setuju kalau mahasiswa Indonesia di timur tengah kerjanya hanya belajar mata kuliah saja (study oriented). Tidak usah menjadi tim media. Ini sebuah logika berbahaya. Ditengah media Islam dibredel dan diberangus serta wartawannya ditangkap dan di penjara. Ditengah pemutarbalikan fakta dan distorsi berita, justru menjadi wajib bagi siapa yg sanggup dan mampu untuk menyebarkan berita yang sebenarnya terjadi, kepada seluruh dunia dan seluruh umat Islam. Jihad media saat ini telah menjadi fardhu kifayah. Media tanah air tdk ada yg pro Islam dan yg memberitakan dari sumber yg benar. Semua mengambil sumber barat dan sekuler. Dari mana umat Islam di tanah air akan tahu kalau kita berpangku tangan tidak ikut menyebarkan info yang sebenarnya??? Tidakkah orang yang tahu kejadian sebenarnya terhadap umat Islam lalu membiarkan berita itu tersembunyi, tidakkah dia akan menjadi berdosa karena menyembunyikan kebenaran dan membiarkan kebathilan?

Bahkan di ramadhan yang berkah ini, kita perlu mengajak umat berdoa dalam qunut-qunut witir kita untuk saudara-saudara kita di berbagai Negara yg sedang ditindas, dizhalimi, dibantai dll. Bagaimana kita akan mengajak mereka ikut berdoa dan qunut kalau umat belum atau tidak tahu kenapa kita qunut? Umat tidak tahu ada apa dengan mereka di sana?. Kita mesti mencerdaskan umat dengan kondisi umat Islam di Palestina, suriah, Iraq, dan juga Mesir. Bahkan pekerjaan ini menjadi sangat urgen saat ini. Disaat kejadian berlangsung. Bila sdh selesai nanti, maka sangat minim manfaatnya bahkan tidak ada lagi gunanya.

Kedua, ini juga momen utk mencerdaskan umat bahwa Islam itu bukan ibadah ritual saja. Islam adalah system menyeluruh yang mencakup aqidah, ibadah, akhlak, ilmu pengetahuan, ekonomi, budaya, militer, dakwah, jihad dan juga politik. Semuanya satu kesatuan yang utuh. Tidak ada dikotomi antara semua unsur tsb. Pemisahan antara agama dengan politik, ekonomi, pemerintahaan dan lain-lain adalah SEKULERISME. Umat sudah lama dibodohi dengan pemahaman bahwa Islam itu hanya shalat, puasa, sadaqah, zakat, umrah dan haji. Diluar itu tidak usah membawa-bawa agama. Apakah kita alumni timur tengah akan mengabadikan kebodohan ini kepada umat?

Ketiga, Menurut ana, kita jangan bicara dengan melihat peristiwa diujung. Lalu mengatakan akhaffud dhararain. Atau haqnun liddimaa.
Mari kita lihat juga permasalahan ini secara utuh.

Satu. Mursi adalah presiden yang sah baik secara syar’I ataupun secara konstitusi. Bukankah dia ULIL AMRI yang sah Syar’an wa Dustuuran? Apakah yang membuat dia layak dikudeta? Tidak ada. Melainkan karena Islam tidak boleh kuat dan berkuasa di Mesir. Apakah Mursi dictator, zhalim, tangan besi, memperkaya keluarga dan kerabatnya, menangkapi dan membunuh ulama, membredel media massa??? Semuanya jawabannya TIDAK. Justru dia bangun pemerintahannya jauh dari kepentingan keluarga. Tetap rela hidup dirumah kontrakannya. Anaknya tetap bekerja biasa dan bahkan juga melamar pekerjaan kian kemari. Betapa lawan-lawan politiknya mencaci, menghina bahkan membuat keonaran sampai merusak fasilitas umum dan membunuh. Tapi mereka tidak dipenjara atau bahkan dibunuh. Dia tunjuk para pembantunya di pemerintahan: Menteri-menteri dan para gubernur dari orang-orang yang baik, shaleh dan kapabel. Dia angsur membersihkan pemerintahan dari orang-orang fasid dan fasiq peninggalan dictator mubaarak. Tentunya yg tersingkir akan marah, tidak rela zona nyamannya terusik. Media massa yang senantiasa menfitnah, memutarbalikkan fakta, menebar kebohongan, menghina sang presiden dan lain-lain, tak satupun yang ditutup, dibredel apalagi ditangkap. Apalagi ulama, beliau hormati Al Azhar dan tidak mau intervensi. Padahal dictator sebelumnya telah membonsai Al Azhar.

Dengan posisi dan kondisi ini, apakah alasan pembenaran secara syar’I dan konstitusi untuk membangkang kepada ULIL AMRI? Apalagi mengkudetanya? Dimana ayat-ayat dan hadits-hadist taat kepada ULIL AMRI??? Kok tidak digunakan disini?? Kalau dia tersalah masih bisa dinasehati, karena tak ada kesalahan yg fatal. Diapun telah membuka pintu dialog selebar-lebarnya. Kalau memang rakyat tidak menyukainya, turunkan dia dalam pemilu berikutnya.

Dua. Apakah statusnya secara syr’I dan konstitusi, orang-orang membangkang kepada ULIL AMRI yang sah, dengan cara merusak, membakar fasilitas umum, kantor, rumah dsj, mencuri, merampok, membunuh, memperkosa, mengangkat senjata, bahkan bersekongkol dengan non muslim, para pendeta, tokoh-tokoh sosialis dan komunis? Dan ini dilakukan berulang-ulang sejak awal Mursi dilantik menjadi presiden. Tidakkah perbuatan tersebut sudah termasuk BUGHAT? Tidakkah mereka sudah masuk dalam katagori ayat Allah QS Al Maidah: 33 (menantang Allah dan RasulNya, membuat kerusakan di muka bumi, yang seharusnya pelaku-pelaku itu dibunuh, disalip, dipotong tangannya dan kakinya secara bersilang)? Tapi sama sekali Mursi tdk melakukan itu kepada mereka. Lalu mereka kembali melaksanakan aksi terakhir kemaren ini dengan lebih sadis dan anarkis.

Tiga. Dalam situasi seperti itu, seharusnya ULAMA pergi kemana? Bukankah harusnya Ulama pergi ke ULIL AMRI mendampinginya, menguatkannya, memberikan solusi dan jalan keluar. Kenapa ikut berunding dengan tentara yang mereka juga adalah bawahan presiden. Kalau Ulama pergi ke tentara, berarti ulama telah menganggap tentaralah yang berkuasa, dan presiden di bawah tentara. Berarti bergabung dalam barisan BUGHAT..

Empat. Lihatlah lagi realita yang terjadi sejak 30 juni sampai hari ini. Yang mati dan berdarah-darah apakah orang yang memberontak atau pendukung ULIL AMRI yang sah? Bahkan pasca kudeta, para syuhada berguguran dengan senjata tentara dan polisi. Semua TV dan koran yang pro Islam dibredel, ditutup dan para wartawannya ditangkap. Para demonstran pendukung Konstitusi yang sah dan ULIL AMRI yang sah yang berkumpul secara damai, sama sekali tidak merusak, tidak anarkis, malah sepanjang waktu mereka shalat berjamaah, qiyamullail, qunut berdoa kepada Allah untuk kemashlahatan mesir dan seluruh rakyatnya, setiap hari semenjak 27 juni, lalu justru merekalah yang ditembaki dengan gas air mata, peluru karet dan bahkan ada yang tewas..? Dan saat shalat shubuh rakaat kedua mereka ditembaki.. Hal yang sama tidak pernah dilakukan bagi pemberontak di sekitar istana… Lalu gelombang penangkapan berlangsung sampai hari ini. Ratusan sudah tokoh-tokoh Islam dijebloskan kepenjara. Partai penguasa langsung dibekukan. Apakah ini semua akhafuddaraain? Apakah ini semua haqnun liddimaa? Apakah hal ini semua tdk perlu diketahui umat Islam sedunia????
Dalam kondisi seperti ini, harusnya Ulama berada di mana?

Sebagai catatan tambahan: Ana tidak setuju kalau kita memperdebatkan pribadi Syaikhul Azhar, bisa jatuh kepada ghibah. Tetapi apa yang telah terjadi dan telah terang benderang dilakukan di depan khalayak, bukanlah rahasia, dan bukanlah gunjing. Tanpa ditambah dan tanpa dibumbui, itu mesti diketahui. Agar tidak menjadi penipuan berikutnya oleh media sekuler dan anti Islam. Semua ini tentunya tidak hal yang sederhana dan tanpa makna. Namun begitu, seharusnya setiap muslim memberikan loyalitasnya kepada Islam dan Muslimin. Mengedepankan keutuhan umat. Di Al Azhar Ulama-ulama yang istiqamah, Dosen-dosen yang lurus dan mengayomi, takut kepada Allah, cinta kepada Rasul dan umatnya, masih sangat-sangat banyak. Tapi mereka belum mendapat tempat penentu kebijakan.

Wallahu a’lam bishawab