BERANDA

Jumat, 16 Januari 2015

MEMPREDIKSI TAHUN 2015


Ini bukan perdukunan, bukan pula sihir. Memprediksi masa depan sejatinya bukan melulu masalah supranatural, tapi lebih kepada masalah ilmiah. Artinya walaupun masa depan merupakan masalah “ghaib” tapi bisa diprediksi secara ilmiah melalui tanda-tanda zamannya.
Memprediksi masa depan dianjurkan agar tidak gagap, tidak terkejut, bahkan tidak shock dan linglung saat kejadian tersebut terjadi. Bahkan jika seseorang telah memiliki prediksi masa depan, kemungkinan jelek yang bakal terjadi bisa diantisipasi sejak dini, terkadang bahkan bisa dihindari atau diinvestasikan untuk hal-hal yang positif dan menguntungkan dirinya dan umat bahkan alam raya.
***
Membaca tahun yang akan datang tidak bisa dilepaskan dari kondisi tahun-tahun sebelumnya, karena apa yang akan terjadi pada tahun berikut sejatinya sangat dipengaruhi oleh apa yang sedang terjadi pada tahun sebelumnya. Bahkan bisa disebut bahwa apa yang terjadi di tahun ini tidak lain hanyalah buah dari apa yang terjadi pada tahun-tahun sebelumnya. Walaupun tiap tahun bisa saja memiliki karakteristik secara mandiri. Untuk itu memahami dan memprediksi tahun 2015 tidak mungkin dipisahkan dari tahun 2014 dan sebelumnya.
Bila kita menengok sejenak kilas balik tahun 2014, maka tahun ini ditandai dengan beberapa fenomena dan kejadian penting sebagai berikut:
Pertama: Hampir seluruh negara yang dihempas oleh Arab Spring (ar-Rabi’ al-Arabi) yang pada akhirnya berhasil menjatuhkan pemimpin-pemimpin diktator di Negara-negara tersebut, ternyata mengalami kondisi berputar balik (set back) ke belakang, bahkan sebagian kondisinya lebih parah dari sebelumnya. Revolusi Mesir berhasil direbut kembali oleh Militer. Revolusi Yaman juga berhasil direbut oleh Syi’ah Hutsi yang menguasai Yaman dengan senjata. Kondisi Libia masih carut marut dan muttaribah (belum stabil). Tunis, dimana Arab Spring dimulai, kekuasaan jatuh ke tangan kekuatan status quo kembali. Sementara Siria hingga kini, sang diktator yang dibantu oleh kekuatan Iran dan Hizbullah Lebanon, belum berhasil ditumbangkan walaupun telah berjalan 4 tahun. Jumlah pengungsi yang telah mencapai angka 3 jutaan sesuai dengan cacatan PBB, (http://arabic.cnn.com/middleeast/ 2014/08/29/syria-3million-refugees), menjadi tragedi kemanusiaan paling mengenaskan sepanjang tahun 2014. Intinya Arab Spring justru mengembalikan Negara-negara kepada kondisi yang lebih buruk dari sebelumnya. Ibaratnya Negara-negara ini telah berhasil keluar dari kandang Harimau tapi masuk dalam perangkap Ular besar berbisa yang mematikan.
Kedua: Dua negara yang menjadi objek penyerangan Amerika yaitu (Iraq dan Afganistan), hingga kini belum pulih, malah lebih porak poranda dari sebelumnya, meski Amerika telah keluar secara resmi dari keduanya. Iraq yang dulu menjadi Negara Arab terkuat kedua setelah Mesir, dan Negara Minyak Nomor 2 di Dunia, kini menjadi hancur lebur, tidak tersisa apapun. Sementara Afghanistan yang telah berhasil mengusir Rusia dengan gemilang, terus menerus menjadi sasaran pemusnahan melewati pesawat tak berawak. Targetnya dua, menghadang laju kekuatan “Islam Jihadi” dan minyak.
Ketiga: Munculnya ISIS (Islamic State in Iraq and Syria) menjadi isu terhangat dan tersibuk sepanjang tahun 2014. Untuk itu tidak berlebihan jika tahun ini bisa kita sebut sebagai tahun ISIS.
Keempat: Tahun ini juga ditandai dengan kemunculan kekuatan Syi’ah secara menyolok. Syi’ah 12 imam kini sekurangnya memiliki pengaruh yang cukup kuat di 4 negara penting di Timur Tengah: Iran, Iraq, Siria dan Yaman. Selain jalur politik Syi’ah juga sangat aktif dan agresif melakukan penetrasi dan invansi secara kultural di berbagai belahan dunia. Tidak ketinggalan di Indonesia. Sehingga menimbulkan kontak fisik yang terkadang efeknya lumayan besar. Seperti yang terjadi di Sampang Madura.
Fenomena yang terjadi pada sepanjang tahun 2014 ini secara praktis akan merubah arah jarum jam secara signifikan yang mungkin dapat disimpulkan sebagai berikut:
Pertama: Tekanan Barat terhadap dunia Islam terutama yang masuk dalam kategori negara-negara penentang seperti Sudan akan semakin kuat. Sementara negara-negara yang masih dilanda konflik internal pasca Arab Spring seperti Libia, Iraq, Mesir, Tunis dan Yaman terus dikendalikan agar jatuh kepada kekuatan kaki tangan Barat.
Nanpaknya ada upaya serius untuk mengagalkan berkuasanya gerakan “Islam Politik” yang dimotori oleh “Gerakan global al-Ikhwan al-Muslimun” yang dalam kenyataannya berhasil memenangkan pemilu di negara-negara tersebut di atas. Baik upaya ini mengharuskan mereka untuk berkalaborasi dengan militer dan kekuatan anti “Islam Politik” dari gerakan kiri dan liberal, dan dengan mengkhianati demokrasi seperti yang terjadi di Mesir, atau dengan menggunakan perangkat demokrasi dengan memanfaatkan gerakan kiri dan liberal meskipun kekuasaan harus kembali ke pangkuan status qou (ad-daulah al-amiqah) seperti yang terjadi di Tunis.
Intinya upaya serius untuk menghadang laju gerakan “Islam Politik” ini telah berhasil dengan gemilang, termasuk di Indonesia. Barangkali Turki dan Maroko merupakan Negara yang terkecualikan dalam hal ini. Dimana pamor AKPP semakin melambung, demikian juga Partai Keadilan dan Pembangunan (hizbu al-adalah wa at-tanmiyah) Maroko masih memimpin sampai saat ini.
Namun keberhasilan kekuatan Barat dalam menghadang kekuatan “Islam Politik” entah disadari atau tidak mengakibatkan mereka terperangkap dalam perlawan kekuatan “Islam Jihadi”. Akibatnya konflik dan pertarungan “Islam Politik Vs Barat” melewati perangkat politik dan demokratisasi yang dimulai sejak tahun 1980-an kini akan bergeser menuju konflik atau kontak fisik. Di era ini pamor “Islam Jihadi” akan naik secara tajam, dan secara berlahan akan memperoleh sambutan, sementara gerakan-gerakan perubahan yang menempuh jalur budaya (kultural) dan politik pasca Arab Spring akan melemah akibat pukulan-pukulan keras tadi. Namun melemahnya gerakan “Islam Politik” dari gelanggang politik tidak bertanda kekalahan total, karena masa-masa ini akan dipergunakan oleh mereka untuk melakukan konsolidasi internal yang dampaknya akan dapat terlihat beberapa tahun yang akan datang.
Untuk kasus di Indonesia, melemahnya partai-partai Islam (PKS, PPP) dan tergusurnya PBB dari keikutsertaan dalam percaturan politik akibat perolehan suara dibawah standar Electoral Threshold (ET) menempatkan partai-partai sekular dalam puncak kekuasaan. Kolaborasi gerakan kiri, Sekular, Non Muslim, etnis China, dan gerakan Syi’ah ditambah dengan Islam Nasionalis (PKB), untuk merebut dan menguasai semua pusat-pusat kekuasaan berakibat menguatnya tekanan kepada umat Islam. Kebijakan-kebijakan pemerintah ke depan akan sangat bernuansa anti Islam dan Syariat. Keberadaan PKB yang diinginkan oleh pendukungnya sebagai penetrasi terhadap kekuatan Kiri-Sekular-Non muslim-Non Pribumi-Non Ahli Sunnah tidak akan ada pengaruh secara signifikan …
Mencuatnya kekuatan Syi’ah baik melalui kekuatan militer seperti yang terjadi di Siria dan Yaman juga Iraq, maupun melewati penetrasi kultural berakibat menguatnya resistensi Ahli Sunnah. Wacana (Khitab al-wasathi at-taqribi) yang mengangkat isu at-Taqrib baina al-madzahib (Rekonsiliasi antar kelompok/madzhab) akan tenggelam ditelan zaman. Sehingga yang muncul ke permukaan adalah khitab as-salafi at-takfiri (wacana pentakfiran yang dimotori oleh kelompok salafi).
Jelasnya. sepanjang tahun 2015 akan diwarnai dengan konflik dan kontak fisik yang frekuensinya bisa berbeda-beda dari satu tempat ke tempat lain; Dilapangan, pamor kekuatan Barat-Syi’ah akan berhadapan Vis a Vis dengan Gerakan Salafi Jihadi. Sementara dalam tingkat wacana gerakan Syi’ah-Sekular-Liberal akan berhadapan Vis a Vis dengan Wacana Salafi Takfiri.
Jadi tahun 2015 akan diwarnai dengan konflik dan kontak fisik. Hawa yang akan menyebar adalah hawa kebencian bukan hawa cinta dan kasih sayang. Simbol-simbol lama konflik (seperti Perang Salib) dengan berlahan akan muncul kembali dan akan membuka luka lama yang akan mempertajam konflik ini.
Sementara gerakan kultural dan politik yang mengangkat semboyan kedamaian, persaudaraan sementara waktu akan kembali ke bilik peristirahatan setelah lebih dari dua atau decade berada di ring pertarungan dan pergumulan tiada henti …
Jadi bersiap-siaplah untuk menyambut era yang akan menegangkan dan sangat menguji adrenalin kita ini … Bekal satu-satu yang paling ampuh adalah istimad al-quwwah minallah (mencari sandaran kepada Dzat segala dzat, Dzat yang Maha Kuat dari Segala Kekuatan) … innahu ni’mal maula wa ni’man-nashir … Karena Dia sebaik-baik Pelindung dan Penolong, Dia Pulalah yang tahu tentang Rahasia Masa Depan … wallahu a’la wa a’lam
Istambul, 16 January 2015
al-Faqir Ilallah
kholid.muslih