BERANDA

Sabtu, 29 Juni 2013

Mutiara Ramadhan : "Meminang Bidadari"

Dalam sebuah Hadist disebutkan, "Sesungguhnya Surga dihiasi dan diperindah dari tahun ke tahun, disebabkan masuknya bulan Ramadhan, dan para bidadari berkata 'ya Rabb, jadikanlah untuk kami pada bulan ini pasangan dari hamba-hambaMu yang dapat menyenangkan kami dan merekapun menjadi senang karena keberadaan kami'."

Dalam hadist lain disebutkan, "Sesungguhnya para bidadari pada bulan ramadhan berseru:'Adakah para peminang yang menghadap Allah untuk menikahi kami?'."

Mahar para bidadari adalah panjangnya sholat tahajjud, yang demikian itu dapat diperoleh pada bulan ramadhan, melebihi bulan-bulan yang lain.

Dalam sebuah kisah diceritakan, pernah ada seorang yang shalih dan sangat banyak sholat tahajjud dan puasanya, suatu malam ia sholat dimasjid dan tertidur. Dalam tidurnya itu ia bermimpi melihat rombongan yang ia ketahui itu bukanlah rombongan jenis manusia.

Mereka membawa roti yang putih bersih bagaikan salju, diatas roti itu ada berlian seperti delima, rombongan itu lalu berkata, "Makanlah!".
Orang shalih tersebut menjawab, "Sesungguhnya aku ingin berpuasa".
Mereka lalu berkata, "Pemilih rumah ini memerintahkan kepadamu untuk makan".
Lalu dijawab, "Maka akupun memakan makanan itu dan mengambil berlian untuk kubawa".

Namun rombongan tersebut berkata, "biarkanlah berlian itu, kami akan menanamnya untukmu hingga menjadi pohon dan memberikan kebaikan kepadamu".

dijawab oleh orang Shalih, "dimanakah itu?".

Rombongan itu menjawab, "Ditempat yang tidak akan ambruk, buah tidak berbuah, serta kepemilikan yang tidak akan terputus dan pakaian yang tidak akan lusuh, didalamnya terdapat perkara yang membuat hati ridho, menyejukkan mata, istri-istri yang selalu rindu dan membuat ridho, mereka tidak memperdaya dan tidak terpedaya. Hendaklah engkau tetap dengan keadaanmu saat ini, karena sesungguhnya tak lama lagi engkau berangkat".


Akhirnya hanya selang dua pekan setelah mimpinya itu, orang shalih itu menghembuskan nafasnya yang terakhir. pada malam wafatnya itu salah seorang sahabatnya yang pernah mendengar kisahnya tadi bermimpi bertemu dengannya. Orang shalih tersebut berkata pada sahabatnya ini, "janganlah engkau heran akan pohon yang ditanam untukku pada hari kuceritakan hal itu padamu..!, kini pohon itu telah membawa (sesuatu)".
"Apakah yang ia bawa ?", sahabatnya bertanya.
dijawab, "janganlah engkau menanyakan hal itu karena tidak seorangpun yang dapat menggambarkannya, tidak pernah ada penghargaan seperti ini dari dzat Yang Maha Mulia, bila datang padaNya orang taat".

Wahai sekalian manusia, adakah diantara kalian yang hendak mengajukan pinangan pada Ar-Rahman ?
adakah yang menginginkan apa yang disiapkan Allah bagi orang-orang bertaqwa di Surga ?
barangsiapa menginginkan Surga, hendaklah ia meninggalkan sikap lamban
dan berdirilah ditengah malam yang gelap gulita menuju kepada cahaya Al Quran.

 http://www.islamedia.web.id/2013/06/mutiara-ramadhan-meminang-bidadari.html
 
[dari Mutiara Ramadan yang Terabaikan, Ibnu Rajab al-Hambali]

Jumat, 28 Juni 2013

7 Wasiat Mendapatkan Kebahagiaan

Kebahagiaan adalah impian semua orang. Betapa banyak orang yang melakukan segalanya agar menjadi bahagia. Betapa banyak orang yang mengejar kebahagiaan tetapi tak jua mendapatkannya. Bahkan, tak sedikit orang yang justru mendapatkan kebalikannya; jiwanya galau, hatinya selalu menderita.

Bagaimana kiat agar menjadi orang yang bahagia? Berikut ini 7 wasiat yang ditulis Karim Abdul Ghaffar dalam bukunya Tafriij al-Hamm (Seni Bergembira; Cara Nabi Meredam Gelisah Hati):

1. Tersenyumlah walau hanya berpura-pura. Berikutnya, senyuman itu akan menjadi senyum yang sesungguhnya.

2. Tersenyumlah langsung ketika Anda tertimpa musibah. Allah dan malaikat-Nya mengawasi reaksi Anda sedangkan Iblis menantikan kekafiran Anda.

3. Ekspresi wajah berperan besar dalam memberi bobot kegelisahan. Karena itu, perintahkanlah diri Anda supaya tersenyum.

4. Jangan tersenyum ketika saudara meninggal karena dengan begitu Anda tampil bodoh. Tersenyumlah di dalam hati Anda untuk memberitahukan keridhaan Anda kepada Allah.

5. Jangan mengharapkan sesuatu dari akhirnya, tapi harapkanlah dari awalnya. Awal sesuatu sudah termaktub dalam kitab Allah (lauh mahfudz). Jika ia merupakan milik Anda, Anda pasti mendapatkannya walau harus menunggu lama. Jika bukan, berdoalah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala agar mengampuni Anda karena mengharapkan sesuatu yang bukan milik Anda.

6. Ingatlah baik-baik bahwa pena Allah (qalam) telah diangkat dan lembarannya pun telah mengering, supaya Anda tidak hidup dalam lamunan dan banyak berangan-angan kepada Allah.

7. Perhitungkan umur Anda. Umur hanyalah soal waktu. Betapa banyak waktu yang terbuang sia-sia karena membayangkan masa lalu yang menyedihkan atau merisaukan masa depan yang belum jelas.

[sumber: Seni Bergembira; Cara Nabi Meredam Gelisah Hati karya Karim Abdul Ghaffar]

Senin, 24 Juni 2013

Mari Berjamaah, Jangan Sekedar Berkerumun


By: Nandang Burhanudin
*****

Tak ada seorang pun muslim berakal, melainkan akan merasa berduka, sedih, tersayat, galau, dan gundah gulana saat umat Islam dinistakan bangsa-bangsa penyembah berhala dan beraliran sesat.

Sebagaimana tak seorang pun aktivis Islam yang benar-benar memperjuangkan 'izzul Islam wal Muslimin, melainkan ia akan berusaha sekuat tenaga untuk menghimpun barisan, menyatukan langkah, dan membersamakan Islam dalam satu pemahaman komprehensif: Islam yang unggul dan tidak ada yang mengungguli.

Namun di tataran realitas, justru yang terjadi adalah kebalikannya. Mengapa elemen umat yang berbeda ormas atau madzhab, tapi bisa bersatu bila memiliki kesamaan hobi. Misalnya; perokok aktif akan sama-sama memiliki kesamaan hobi, walau latarbelakang berbeda. Lain halnya dengan aktivis gerakan Islam, semakin mengkaji Al-Qur'an dan Sunnah, malah semakin berpisah.

Apa gerangan yang salah? Menurut hemat saya, kesalahan itu terletak pada dua hal:

Hal pertama: Status keterikatan dengan gerakan Islam baru sebatas intisab (keterikatan emosional) belum pada intizham (keterikatan konseptual).

Status keterikatan secara emosional ini, sangat mudah dipatahkan. Hanya bila ada kasus atau fenomena like and dislike, aktivis gerakan Islam ini mudah goyah, galau, bahkan futur sebelum di kemudian hari malah menjadi penentang dan pembocor rahasia yang menurutnya supersecret.

Selain itu, status intisab ini pula cenderung frontal di saat kesal, mencaci maki di saat benci, ringkih di saat merasa tersisih. Namun ketika cinta melanda, maka tipe ini sangat fanatik, merasa paling benar, paling sesuai manhaj, dan menapikan kebaikan pada orang lain.


Tentu tipe intisab ini masuk dalam kategori "belum matang". Maka bisa dipastikan siapapun dan dimanapun berada, aktivis gerakan Islam yang baru sebatas intisab akan sulit menemukan fokus perjuangan. Jika pun berjuang, maka belum mencapai "isi", "substansi", ataupun "nilai".

Bila ia bergabung di JT, maka yang ia banggakan adalah: khurujnya. Sedangkan substansi khuruj tidak ia raih. Bila di tarbiyah, maka ia banggakan marhalah-nya, bukan substansi tarbawinya. Bila di HTI, ia gembar-gemborkan Islam kaaffah yang sebatas berganti bendera, anti riba tapi uangnya masih pake unsur riba, dll. Bila di Persis, maka ia akan mudah membid'ahkan apapun yang tidak ada di zaman Nabi. Bila di Muhammadiyah, maka akan digembar-gemborkan kemajuan sosialnya, bukan substansi perjuangan KH. Ahmad Dahlannya. Bila di NU, maka ia akan banggakan shalawatannya, lupa akan perjuangan KH. Hasyim Asy'arinya. Namun fokus kerja dan amal ia sendiri, tidak terlalu nampak. Bangga dengan organisasi yang memang sudah besar. Sementara dirinya tetap kerdil.


Hal kedua: Efek hal pertama adalah, rata-rata personal gerakan Islam sulit berpadu dalam satu tansiq (koordinasi) dan ta'awun (kerjasama tim), padahal masih satu Kiblat, satu Al-Qur'an, dan satu Nabi.

Jika Islam itu satu bangunan, sedangkan ormas atau gerakan Islam itu adalah batu bata dan elemen yang memperkokoh dan memperindah bangunan Islam itu, maka mengapa aktivis gerakan Islam sudah bertemu dalam satu meja, berpadu dalam satu kesepakatan untuk menghadapi problem bersama:
=> Kemiskinan, bukankah umat Islam miskin?
=> Kebodohan, bukankah umat Islam bodoh?
=> Keterbelakangan, bukankah umat Islam terbelakang?
=> Keterjajahan, bukankah umat Islam terjajah?
dll.

Kini kita lihat bersama: tansiq dan ta'awun itu seakan sulit dilakukan, walau hanya dalam forum-forum formal. Tengok masalah Al-Aqsha, kiblat pertama umat Islam. Kita bisa melihat bersama, mana gerakan Islam yang konsisten dan tak pernah surut menjadikan Al-Aqsha sebagai masalah sentral umat Islam. Bahkan seorang pendiri gerakan Ikhwanul Muslimin, Imam Asy-SYahid Hasan Al-Banna mengatakan, "Tugas Ikhwanul Muslimin tidak akan pernah berhenti, hingga 1 nyawa terakhir Yahudi yang memerangi terbunuh." Bahkan di kesempatan lain beliau mengatakan, "Ikhwanul Muslimin akan bubar, seiring bubarnya Zinonis."

Namun di sisi lain, gelora membela Al-Aqsha justru yang nyaring terdengar adalah: menyerang elemen yang telah jelas membela Al-Aqsha, mengkafirkan, atau mengumbar fitnah. Justru keanehan yang muncul. Objek yang dibela sama. Tapi pengaruhnya jauh berbeda. Yang satu benar-benar melawan musuh. Sedang yang kedua, malah menelikung kawan, menggunting dalam lipatan, dan sangat menguntungkan musuh.

Kesimpulan
Jadi inti dari berjamaah adalah:
1. Menyelami hingga jauh ke dalam, untuk kemudian diimplementasikan dalam amal nyata: berjamaah karena manhaj bukan karena figur.

2. Inti dari berjamaah adalah tansiq dan ta'awun (koordinasi dan kerjasama) demi mencapai tujuan yang sama. Percuma kita berada dalam satu ormas/jamaah, jika kita tidak mampu tegar menghadapi ujian, fitnah, atau kondisi darurat. Percuma kita hidup berjamaah kalau yang kita jalani hanya yang enak-enak saja. Sementara di kala susah, kita mundur teratur. Dan jangan berbicara persatuan umat Islam, jika hanya masalah kecil saja, kita tak mampu menjaga keutuhan di internal rumah sendiri. Dengan demikian, jelas beda antara berjamaah dengan berkerumun bukan?

Wallahu A'lam

Minggu, 23 Juni 2013

BBM Naik, Biasa aja Tuch!



oleh : Nandang Burhanudin
****

Siang tadi berjumpa dengan seorang jamaah yang kebetulan PNS.

"Duh ... tadi malem antri BBM ... sampai ada yang pingsan! Bangsa kita mudah panik ya ..", ujarnya.

"Kenapa gitu pak ... emang salah ya?", saya balik bertanya.

"Gak salah sich ... he he ... hanya saya heran saja. 1 Liter kan naik 2000 rupiah. Apa beratnya ....", ungkapnya kalem.

"Wah buat bapak sich gak ngaruh, wong gajih+remunerasi+bonus nambah....", ungkap saya sembari tersenyum.

"Bukan gitu tadz. BBM kan sudah naik. Biaya ongkos dan biaya-biaya lain memang pasti nambah. Tapi yang saya garis bawahi, tinggal mengurangi kebiasaan yang tidak perlu .... insya Allah dampak BBM gak ngaruh ....", ungkapnya panjang lebar.

"Iya. Buat bapak gak ngaruh. Buat yang lain ... yang gak punya gaji bulanan bagaimana?", tanya saya masih membaca arah pembicaraannya.

"Mudah saja. Mayoritas penduduk Indonesia itu perokok berat. Uang rokok bisa 10.000 sehari. Nah, tinggal kurangi pembakaran lewat rokok dialokasikan untuk BBM ... subsidi lah ...", jelasnya.

"Ooooo ... amazing ... wonderfull ... pendapatnya top begete pake bangets ... Masalahnya para perokok itu mau ndak ngurangin jatah hisapnya?", tanya saya.

"Nah itu dia ... di tahap ini perlu edukasi dari para ustadz ....", ujarnya sembari tersenyum.

"He he .... maaf pak, kok jadi ustadz yang disuruh edukasi. Anggarannya aja gak ada. Soal edukasi mah kagak kebagian ... he he ....", jawab saya.

"He he .... saya tersenyum saja tadz ... senyum lebih baik ....", ungkapnya.

****

Catatan: Cerdas mensiasati kenaikan BBM, dengan mengurangi hobi dan kebiasaan yang kurang bermanfaat.

Minggu, 16 Juni 2013

Bulan Sya'ban dan Fadhilahnya

Oleh; Ust. FARID NU'MAN HASAN

Definisi Sya’ban
Imam Ibnu Manzhur Rahimahullah menjelaskan dalam Lisanul ‘Arab:

إِنما سُمِّيَ شَعبانُ شَعبانَ لأَنه شَعَبَ أَي ظَهَرَ بين شَهْرَيْ رمضانَ ورَجَبٍ والجمع شَعْباناتٌ وشَعابِينُ

Dinamakan Sya’ban, karena saat itu dia menampakan (menonjol) di antara dua bulan, Ramadhan dan Rajab. Jamaknya adalah Sya’banat dan Sya’abin. (Lisanul ‘Arab, 1/501)
Dia juga bermakna bercabang (Asy Sya’bu) atau berpencar (At Tafriq), karena banyaknya kebaikan pada bulan itu. Kebiasaan pada zaman dahulu, ketika bulan Sya’ban mereka berpencar mencari sumber-sumber air.
Dianjurkan Banyak Berpuasa
Bulan Sya’ban adalah bulan mulia yang disunnahkan bagi kaum muslimin untuk banyak berpuasa. Hal ini ditegaskan dalam hadits shahih berikut:
Dari ‘Aisyah Radhiallahu ‘Anha, katanya:

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُ حَتَّى نَقُولَ لَا يُفْطِرُ وَيُفْطِرُ حَتَّى نَقُولَ لَا يَصُومُ فَمَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اسْتَكْمَلَ صِيَامَ شَهْرٍ إِلَّا رَمَضَانَ وَمَا رَأَيْتُهُ أَكْثَرَ صِيَامًا مِنْهُ فِي شَعْبَانَ

“Dahulu Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berpuasa sehingga kami mengatakan dia tidak pernah berbuka, dan dia berbuka sampai kami mengatakan dia tidak pernah puasa. Saya tidak pernah melihat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menyempurnakan puasanya selama satu bulan kecuali Ramadhan, dan saya tidak pernah melihat dia berpuasa melebihi banyaknya puasa di bulan Sya’ban.” (HR. Bukhari No. 1868)
Dari ‘Aisyah Radhiallahu ‘Anha juga, katanya:

لَمْ يَكُنْ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُ شَهْرًا أَكْثَرَ مِنْ شَعْبَانَ

“Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam belum pernah berpuasa dalam satu bulan melebihi puasa pada bulan Sya’ban.” (HR. Bukhari No. 1869)
Inilah bulan yang paling banyak Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berpuasa sunah. Tetapi, beliau tidak pernah berpuasa sebulan penuh kecuali puasa Ramadhan.
Apa Sebab Dianjurkan Puasa Sya’ban?
Pada bulan Sya’ban amal manusia di angkat kepada Allah Ta’ala. Maka, alangkah baik jika ketika amal kita diangkat, saat itu kita sedang berpuasa.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

شعبان بين رجب ورمضان يغفل الناس عنه ترفع فيه أعمال العباد فأحب أن لا يرفع عملي إلا وأنا صائم

“Bulan Sya’ban, ada di antara bulan Rajab dan Ramadhan, banyak manusia yang melalaikannya. Saat itu amal manusia diangkat, maka aku suka jika amalku diangkat ketika aku sedang puasa.”[1]
Adakah Keutamaan Malam Nishfu Sya’ban?
Ya, sebagamana diriwayatkan oleh banyak sahabat nabi, bahwa Beliau bersabda:

يطلع الله تبارك و تعالى إلى خلقه ليلة النصف من شعبان ، فيغفر لجميع خلقه إلا لمشرك أو مشاحن

“Allah Ta’ala menampakkan diri-Nya kepada hambaNya pada malam Nishfu Sya’ban, maka Dia mengampuni bagi seluruh hambaNya, kecuali orang yang musyrik atau pendengki.”[2]
Hadits ini menunjukkan keutamaan malam Nishfu Sya’ban (malam ke 15 di bulan Sya’ban), yakni saat itu Allah ‘Azza wa Jalla mengampuni semua makhluk kecuali yang menyekutukanNya dan para pendengki. Maka wajar banyak kaum muslimin mengadakan ritual khusus pada malam tersebut baik shalat atau membaca Al Quran, dan ini pernah dilakukan oleh sebagian tabi’in. Tetapi, dalam hadits ini –juga hadits lainnya- sama sekali tidak disebut adanya ibadah khusus tersebut pada malam itu, baik shalat, membaca Al Quran, atau lainnya. Oleh, karena itu, wajar pula sebagian kaum muslimin menganggap itu adalah hal yang bid’ah (mengada-ngada dalam agama). Sebenarnya membaca Al Quran, Shalat malam, memperbanyak zikir pada malam Nishfu Sya’ban adalah perbuatan baik, dan merupakan pengamalan dari hadits di atas, namun yang menjadi ajang perdebatan adalah tentang ‘cara’nya, apakah beramai-ramai ke masjid lalu di buat paket acara secara khusus, atau melakukannya secara sendirian baik di rumah atau masjid dengan acara yang tidak baku dan tidak terikat.
Syaikh ‘Athiyah Saqr (Mufti Mesir), pernah ditanya apakah ada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengadakan acara khusus pada malam Nishfu Sya’ban? Beliau menjawab ( dikutip secara ringkas):

ثبت أن الرسول عليه الصلاة والسلام احتفل بشهر شعبان ، وكان احتفاله بالصوم ، أما قيام الليل فالرسول عليه الصلاة والسلام كان كثير القيام بالليل فى كل الشهر، وقيامه ليلة النصف كقيامه قى أية ليلة .ويؤيد ذلك ما ورد من الأحاديث السابقة وإن كانت ضعيفة فيؤخذ بها فى فضائل الأعمال ، فقد أمر بقيامها ، وقام هو بالفعل على النحو الذى ذكرته عائشة .وكان هذا الاحتفال شخصيا، يعنى لم يكن فى جماعة ، والصورة التى يحتفل بها الناس اليوم لم تكن فى أيامه ولا فى أيام الصحابة ، ولكن حدثت فى عهد التابعين . يذكر القسطلانى فى كتابه “المواهب اللدنية”ج 2 ص 259 أن التابعين من أهل الشام كخالد بن معدان ومكحول كانوا يجتهدون ليلة النصف من شعبان فى العبادة ، وعنهم أخذ الناس تعظيمها ، ويقال أنهم بلغهم في ذلك آثار إسرائيلية . فلما اشتهر ذلك عنهم اختلف الناس ، فمنهم من قبله منهم ، وقد أنكر ذلك أكثر العلماء من أهل الحجاز، منهم عطاء وابن أبى مليكة، ونقله عبد الرحمن بن زيد بن أسلم عن فقهاء أهل المدينة ، وهو قول أصحاب مالك وغيرهم ، وقالوا : ذلك كله بدعة، ثم يقول القسطلانى :

اختلف علماء أهل الشام فى صفة إحيائها على قولين ، أحدهما أنه يستحب إحياؤها جماعة فى المسجد، وكان خالد بن معدان ولقمان ابن عامر وغيرهما يلبسون فيها أحسن ثيابهم ويتبخرون ويكتحلون ويقومون فى المسجد ليلتهم تلك ، ووافقهم إسحاق بن راهويه على ذلك وقال فى قيامها فى المساجد جماعة : ليس ذلك ببدعة، نقله عنه حرب الكرمانى فى مسائله . والثانى أنه يكره الاجتماع فى المساجد للصلاة والقصص والدعاء ، ولا يكره أن يصلى الرجل فيها لخاصة نفسه ، وهذا قول الأوزاعى إمام أهل الشام وفقيههم وعالمهم .

“Telah pasti dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bahwa beliau melakukan kegiatan pada bulan Sya’ban yakni berpuasa. Sedangkan qiyamul lail-nya banyak beliau lakukan pada setiap bulan, dan qiyamul lail-nya pada malam Nisfhu Sya’ban sama halnya dengan qiyamul lail pada malam lain. Hal ini didukung oleh hadits-hadits yang telah saya sampaikan sebelumnya, jika hadits tersebut dhaif maka berdalil dengannya boleh untuk tema fadhailul ‘amal (keutamaan amal shalih), dan qiyamul lail-nya beliau sebagaimana disebutkan dalam hadits dari ‘Aisyah yang telah saya sebutkan. Aktifitas yang dilakukannya adalah aktifitas perorangan, bukan berjamaah. Sedangkan aktifitas yang dilakukan manusia saat ini, tidak pernah ada pada masa Rasulullah, tidak pernah ada pada masa sahabat, tetapi terjadi pada masa tabi’in.
Al Qasthalani menceritakan dalam kitabnya Al Mawahib Al Laduniyah (Juz 2, Hal. 259), bahwa tabi’in dari negeri Syam seperti Khalid bin Mi’dan, dan Mak-hul, mereka berijtihad untuk beribadah pada malam Nishfu Sya’ban. Dari merekalah manusia beralasan untuk memuliakan malam Nishfu Sya’ban. Diceritakan bahwa telah sampai kepada mereka atsar israiliyat (baca: kisah berasal dari Bani Israel) tentang hal ini. Ketika hal tersebut tersiarkan, maka manusia pun berselisih pendapat, maka di antara mereka ada yang mengikutinya. Namun perbuatan ini diingkari oleh mayoritas ulama di Hijaz seperti Atha’, Ibnu Abi Malikah, dan dikutip dari Abdurrahman bin Zaid bin Aslam bahwa fuqaha Madinah juga menolaknya, yakni para sahabat Imam Malik dan selain mereka, lalu mereka mengatakan: “Semua itu bid’ah!”
Kemudian Al Qasthalani berkata: “Ulama penduduk Syam berbeda pendapat tentang hukum menghidupkan malam Nishfu Sya’ban menjadi dua pendapat: Pertama, dianjurkan menghidupkan malam tersebut dengan berjamaah di masjid. Khalid bin Mi’dan dan Luqman bin ‘Amir, dan selainnya, mereka mengenakan pakain bagus, memakai wewangian, bercelak, dan mereka menghidupkan malamnya dengan shalat. Hal ini disepakati oleh Ishaq bin Rahawaih, dia berkata tentang shalat berjamaah pada malam tersebut: “Itu bukan bid’ah!” Hal ini dikutip oleh Harb Al Karmani ketika dia bertanya kepadanya tentang ini. Kedua, bahwa dibenci (makruh) berjamaah di masjid untuk shalat, berkisah, dan berdoa pada malam itu, namun tidak mengapa jika seseorang shalatnya sendiri saja. Inilah pendapat Al Auza’i, imam penduduk Syam dan faqih (ahli fiqih)-nya mereka dan ulamanya mereka.”[3]
Selesai kutipan dari Syaikh ‘Athiyah Saqr Rahimahullah.
Maka, menghidupkan malam Nishfu Sya’ban dengan berkumpul di masjid dan surau untuk melakukan ibadah tertentu adalah perkara yang diperselisihkan para ulama sejak masa tabi’in. Namun, yang pasti Rasulullah dan para sahabat tidak pernah melakukannya. Hendaknya setiap muslim berlapang dada terhadap perbedaan ini, dan mengikuti sunah adalah lebih baik bagi siapa pun.
Larangan Pada Bulan Sya’ban
Pada bulan ini, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam melarang berpuasa pada yaumusy syak (hari meragukan), yakni sehari atau dua hari menjelang Ramadhan. Maksud hari meragukan adalah karena pada hari tersebut merupakan hari di mana manusia sedang memastikan, apakah sudah masuk 1 Ramadhan atau belum, apakah saat itu Sya’ban 29 hari atau digenapkan 30 hari, sehingga berpuasa sunah saat itu amat beresiko, yakni jika ternyata sudah masuk waktu Ramadhan, ternyata dia sedang puasa sunah. Tentunya ini menjadi masalah.
Dalilnya, dari ‘Ammar katanya:

مَنْ صَامَ يَوْمَ الشَّكِّ فَقَدْ عَصَى أَبَا الْقَاسِمِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

“Barang siapa yang berpuasa pada yaumus syak, maka dia telah bermaksiat kepada Abul Qasim (Nabi Muhammad) Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.” (HR. Bukhari, Bab Qaulun Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam Idza Ra’aytumuhu fa shuumuu)
Para ulama mengatakan, larangan ini adalah bagi orang yang mengkhususkan berpuasa pada yaumusy syak saja. Tetapi bagi orang yang terbiasa berpuasa, misal puasa senin kamis, atau puasa Nabi Daud, atau puasa sunah lainnya, lalu ketika dia melakukan kebiasaannya itu bertepatan pada yaumusy syak, maka hal ini tidak dilarang berdasarkan riwayat hadits berikut:

لَا يَتَقَدَّمَنَّ أَحَدُكُمْ رَمَضَانَ بِصَوْمِ يَوْمٍ أَوْ يَوْمَيْنِ إِلَّا أَنْ يَكُونَ رَجُلٌ كَانَ يَصُومُ صَوْمَهُ فَلْيَصُمْ ذَلِكَ الْيَوْمَ

“Janganlah salah seorang kalian mendahulukan Ramadhan dengan puasa sehari atau dua hari, kecuali bagi seseorang yang sedang menjalankan puasa kebiasaannya, maka puasalah pada hari itu.” (HR. Bukhari No. 1815)
Demikian. Semoga Sya’ban tahun ini kita bisa mengisi dengan berbagai kebaikan untuk mempersiapkan diri menuju bulan Ramadhan yang penuh diberkahi.
Wallahu A’lam

[1] HR. An Nasai, 1/322 dalam kitab Al Amali. Status hadits: Hasan (baik). Lihat As Silsilah Ash Shahihah No. 1898. Lihat juga Tamamul Minnah Hal. 412. Dar Ar Rayyah
[2] Hadits ini Diriwayatkan oleh banyak sahabat nabi, satu sama lain saling menguatkan, yakni oleh Muadz bin Jabal, Abu Tsa’labah Al Khusyani, Abdullah bin Amr, ‘Auf bin Malik, dan ‘Aisyah. Lihat kitab As Silsilah Ash Shahihah, 3/135, No. 1144. Darul Ma’arif. Juga kitab Shahih Al Jami’ Ash Shaghir wa Ziyadatuhu, 2/785. Al Maktab Al Islami. Namun, dalam kitab Tahqiq Misykah Al Mashabih, justru Syaikh Al Albani mendhaifkan hadits ini, Lihat No. 1306, tetapi yang benar adalah shahih karena banyaknya jalur periwayatan yang saling menguatkan.
[3] Fatawa Al Azhar, Juz. 10, Hal. 131. Syamilah




Aqidah Ikhwanul Muslimin

Ketika membahas manhaj aqidah Ikhwan, kami telah menjelaskan bahwa aqidah Ikhwanul Muslimin adalah sebagaimana aqidah salafiyah. Karenanya, Hasan Al Banna begitu besar perhatiannya terhadap masalah aqidah. Beliau mengatakan, “Yang saya maksud dengan ukhuwah adalah agar hati dan ruh kaum muslimin itu bersatu dengan ikatan aqidah, sebagai ikatan yang paling kokoh dan kuat.”[1]
Ustadz Al Banna juga memfokuskan arah da’wahnya kepada aqidah yang benar. Hal ini jelas tersimpul dari ungkapannya, “Dan inti da’wah mereka -Ikhwan- adalah fikrah dan aqidah yang ditanamkan dalam jiwa, hingga opini umum masyarakat terbina di atas aqidah, diimani oleh hati, dan ruh mereka berkumpul mengelilinginya.”[2]
Begitupun bila jika kita perhatikan kandungan ajaran beliau pada Ushlul ‘Isyrin (prinsip dua puluh).
Masalah aqidah dibahas secara detail dan jelas:
Dalam Al Ushul ‘Isyrin, masalah tersebut secara gamblang dan rinci dijelaskan dalam poin berikut:
  1. Prinsip pertama dan kedua, tentang aqidah dan hubungannya dengan amal perbuatan. Inilah aqidah yang-benar dan ibadah yang lurus. Serta Al Qur’an dan Hadits sebagai rujukannya.
  2. Prinsip ketiga: Pengaruh Iman terhadap diri muslim.
  3. Prinsip keempat:, Tentang jimat dan berbagai bentuk kemusy- rikan dan bid’ah yang harus diperangi.
  4. Bagian terakhir dari prinsip kesembilan: Tentang penghormatan terhadap shahabat dan persoalan yang terkait dengan mereka, ridhwanullahi ‘alaihim.
  5. Prinsip kesepuluh: Keyakinan tentang Tauhid uluhiyah dan Rububiyah
  6. Prinsip ke sebelas: Bid’ah dalam agama Allah dan cara memeranginya.
  7. Prinsip ke tiga belas: Orang-orang shalih dan karomah.
  8. Prinsip keempat belas: Masalah kuburan dan bid’ah yang terkait dengannya.
  9. Prinsip ke lima belas: Masalah do’a dan tawassul.
  10. Prinsip ke tujuh belas: Aqidah dan keterikatannya dengan amal.
  11. Prinsip ke delapan belas: Aqli dan naqli dalam aqidah.
  12. Prinsip ke sembilan belas: Hubungan dalil aqli dan naqli dalam aqidah, dan apabila terjadi kontradiksi maka dalil naqli lebih diulamakan.
  13. Prinsip ke dua puluh: Tidak melakukan takfir (mengkafirkan) terhadap orang yang berbuat dosa kecuali dia berikrar dan selalu mengulangi perbuatan itu, sesudah dijelaskan tentang penyimpangannya.
Selain prinsip-prinsip tersebut perhatian tentang aqidah tampak juga pada keterangan beliau pada bab kedua yang membahas tentang da’wah, dijelaskan dalam prinsip pertamanya tentang syumuliyatul fahm, pemahaman Islam yang integral. Dalam bab ketiga tentang manhaj, prinsip kedua, dijelaskan bahwa landasan pemahaman seorang muslim dan rujukannya dalam manhaj adalah Al Quran dan sunnah. Pada prinsip keenam dalam bab tersebut disebutkan bahwa kesucian itu hanyalah pada Al Quran dan sunnah Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam,juga disebutkan sikap yang harus dilakukan dalam menghadapi masalah khilafiyah. Pada prinsip kesembilan dijelaskan agar seorang muslim tidak tenggelam dalam masalah-masalah perdebatan dan meninggalkan semua unsur yang memecah belah. Kemudian pada prinsip keenam belas menerangkan masalah ‘urf dan pengaruhnya
Di bab keempat, tentang fiqih, dijelaskan dalam prinsip ke tujuh tentang ijtihad dan taqlid. Pada prinsip ke delapan, tentang perselisihan dalam furu’ (cabang) dan pertentangan di dalamnya. Pada prinsip keduabelas, dijelaskan seputar ibadah dan penambahan ibadah serta pemahaman ulama terhadap masalah tersebut.


[1] Majmu’atur Ar Rasa’il, Hasan Al Banna, Mu’assasah Ar Risalah, hal. 22

Memahami Jalan Da'wah

Oleh; Nandang Burhanudin

Saya mungkin bukan siapa-siapa di jalan dakwah ini. Bukan muassasis, bukan assaabiqqunal awwaluun, bukan pula qiyadah yang turut berpeluh membesarkan dakwah. Bisa jadi saya hanyalah sekedar penumpang, yang turut bayar tiket, taat aturan perjalanan, tidak suka mengotori kereta, dan tak memiliki keberanian untuk turun loncat di tengah perjalanan.Apalagi "sok tahu" menasihati masinis kereta.

Sepanjang perjalanan itu, saya cermati laju dakwah ini, acap memperhatikan dan bertemu dengan beragam penumpang. Mereka berasal dari latarbelakang, suku, bahasa, hobi, kebiasaan, hingga style hidup yang berbeda pula. Akan tetapi persamaan di antara mereka sangat kentara. Yaitu sama-sama: tidak merokok!

Karena perjalanan dan jarak tempuh yang jauh. Plus kondisi rel yang kadang naik turun, berkelok, bahkan di beberapa tempat sering anjlok. Saya perhatikan, tak sedikit penumpang itu yang turun ketika kereta anjlok. Malah ada penumpang yang tidak puas. Bukan sekedar turun, namun ia caci maki masinis, para penumpang yang masih bertahan, hingga mencoret-coret kereta dengan kata-kata yang terkadang menyakitkan.

Saya sebagai penumpang baru, tak tahan untuk bertanya; mengapa tim teknis yang dahulu merancang perjalanan, mendesain format kereta, dan menentukan masinis, namun berhenti di tengah jalan saat kereta anjlok? Bukankah memang rel kereta yang akan dilalui itu berkelok, jauh, dan melewati rintangan yang tak sedikit?

Saya memiliki kesimpulan sendiri. Semua itu berbasis pada pemahaman. Kesimpulan itu adalah:

1. Pemahaman tentang dakwah itu tidak dilihat sejak kapan ia bergabung dengan dakwah. Tapi pemahaman itu dilihat dari kesigapan kader-kader dakwah menghadapi turbulensi, anjlok, jalan berkelok, hutan belantara, dan mungkin lokomotif yang bermasalah.

Karena suatu fikroh yang brilian akan sirna, ketika ia mengalami erosi pemahaman;
=> Erosi karena paradigma yang sempit dan sektoral.
=> Erosi karena pola sikap yang tidak beranjak kepada hal-hal substansial.
=> Erosi karena energi (waktu-sumber daya) untuk kerja tersita hal-hal yang sia-sia.
=> Erosi karena mencampuradukkan antara wasilah (proses) dengan tujuan (ghayah).

2. Pemahaman tentang dakwah tidak dilihat dari posisi/marhalah/level atau jabatan apa yang diemban seorang kader dakwah.

Tak sedikit yang salah kaprah memahami marhalah atau jenjang dalam dakwah. Ada yang menganggapnya sebagai karir. Adapula yang menjadikannya sebagai takrim (pemuliaan). Padahal saat berada di level/marhalah dakwah itulah, ujian pemahaman sebenarnya tengah dimulai dan terus berlangsung. Malah menurut perhatian saya, sering menemukan penyimpangan pemahaman itu terjadi di level-level tinggi. 
Penyebabnya:
=> Ketidakmampuan membaca kondisi dan telah dikontrol hawa nafsu.
=> Takjub dengan pendapat sendiri, bahwa pendapatnya yang paling benar.
=> Penakwilan yang tidak tepat.
=> Menjadikan AD/ART organisasi atau manhaj sebagai tabi' (follower) bukan lagi matbu' (yang diikuti).

3. Pemahaman tentang dakwah pula tidak dilihat dari berapa jenis buku yang dilahap, berapa Doktor yang ditalaqqi, berapa pelatihan yang dijalani.

Imam Hasan Al-Banna mengatakan:
"إن ميدان القول غير ميدان الخيال، وميدان العمل غير ميدان القول، وميدان الجهاد غير ميدان العمل، وميدان الجهاد الحق غير ميدان الجهاد الخاطئ"

"Medan retorika berbeda dengan medan imajinasi. Medan kerja tidak sama dengan medan retorika. Medan jihad tak sama dengan medan kerja.Medan jihad yang benar berbeda dengan medan jihad yang salah."

Atas dasar ini, saya paham, bahwa tak ada yang menentukan laju jalan dakwah ini selain tiga hal:
(1). Persepsi yang sama tentang visi-misi dakwah; (2). Keyakinan mendalam bahwa dakwah ini adalah elemen terpenting bagi kebangkitan umat; (3). Kesatuan hati dan derap langkah, tidak berhenti di jalan dan juga tidak menjadi qodhoya adalah hal yang dapat mempercepat laju dakwah ini.

Jadi, mari kembali mengeja pemahaman kita!

Jumat, 14 Juni 2013

Celoteh Uda Mamad





Biarlah aku yg dibohongi, dari pada aku harus mebohongi,,,,!
Karena "Bohong" adlh racun dr kebaikan,,,,,,,


 
Ketika batu jalanan smakin terjal,
di saat itu pula, duri memenuhi tapak kakiku,,,,
aku tetap harus merangkak,,,,
mncapai puncak waktu
Agar harapan yg kusemai tak jadi layu,
dan cawan yg terisi oleh brjuta angan,
dapat kugapai dalam genggaman.


Kusapa pagi dari celah rerumputan diseblah jndela kamarku,,,
berharap mentari
bisa menghapuskan kerinduan,
krinduan pd angin yg mnerpa,
menyibak dan menepis hasrat yg tertawan oleh masa,,,,,


Sambilan taon ma ho amang, dung kehe manghadop ilahi robbi,,,
tottong doi uingot amang sude parhaccitanmi dan pambaenan mi tuau anak mon,,,
aso lek jadi sikolakki,,,,!
Hukirm do amang doa, disatiop au sumbayang, aso ditrimo Allah nian, sude amal ibadahmi,,


Di pelabuhan senja sore ini
kucoba mengetuk malam
kuhampar sajadah cinta di bibir malam...
Brharap dapat melebur jadi cahaya, menembus ke tanah,,,
hingga mengalir ke darah...
Wujudkan diri
pada tungku yang satu,,,,


Kutak akan brhenti,,,,,!

Terik terus menelanjangi bumi,
meski senja datang mnghadang,
namun dia tak gentar,
tak urung barang selangkah pun,
angin pun tak dapat menepis
kudapati rumput yg mengutuk
akan perih yg kian merajam.....
Tapi semuanya pasrah,,
menyerah pada yg tinggi,,


Menyibak tirai yg lusuh,,,

Malam terbelalak,,,!

Sarapan pagi,,,

sepiring makanan memilukn,
secangkir minuman cercaan dan makian,,
tersedia di ruang tdurku,
yang trkirim jauh dari seorg sahabtku
namanya tertera jelas,,
aku mmbiarkn sarapan pagiku
dijilati dan dimamah oleh mentari.
Sunggh tak sedap,,!


Dalam gelap malam
Kulihat bayangmu,,,,
 
 
 
 
 
 
 
 


                                                            :) :) :)

Kamis, 13 Juni 2013

Rasaku Terjaga Untuknya


Oleh; Ibnu Asikin


Siang yang sangat panas, badan sangat lemas, kepala sangat sakit. Aku baru saja keluar dari kelas setelah baru saja selesai kuliah Komputasi Fisika yang cukup membuat kepalaku pening. Aku berencana mau langsung pulang ke tempat kost, tidak tahan rasanya dengan kepala yang makin nyut-nyutan.
Di bawah teriknya panas matahari aku berjalan sambil memijit-mijit kepala sendiri. Sebentar lagi aku akan segera keluar dari Fakultas MIPA.
Deruan suara bising serangga-serangga bermesin di Jalan Kaliurang sudah mulai terdengar dan cukup memekakan telingaku. Terkadang aku mengangguk-anggukan kepala ke depan dan ke belakang, ke kiri dan ke kanan seolah sedang senam peregangan, berharap bisa mengurangi rasa nyeri di kepala.
Tetapi yang ada malah sebaliknya, boro-boro hilang sakitnya, kepalaku malah semakin nyut-nyutan. Aku mulai merasakan sesuatu yang aneh dengan pandanganku. Seluruh benda yang aku lihat seolah  berbayang. Jalan pun mulai gontai, tanah yang ku injak serasa bergoyang.
“Assalamu’alaikum.”
Kudengar ada seseorang mengucapkan salam padaku. Suara seorang perempuan. Aku kenal suara itu.
“Wa’alaikum salam.”
Aku jawab salam itu sambil berusaha tersenyum dan megarahkan wajah ke arah sumber suara. Tapi aku tidak bisa dengan jelas memperhatikan siapa perempuan itu. Sekilas kulihat di arah sumber suara ada seorang perempuan berjilbab lebar melintas berlawanan arah denganku sambil menggayuh sepedanya. Tapi aku tetap tidak bisa memastikan siapa perempuan itu. Hanya bayangannya yang tidak jelas yang aku lihat.
Pandanganku semakin kabur saja, kini semuanya berubah menjadi putih. Sakit kepalaku semakin menjadi-jadi seolah seribu jarum tertanam di kepalaku.
“Ya Allah aku tidak kuat lagi.”
Warna putih yang mendominasi setiap sudut yang aku lihat perlahan berubah menjadi hitam gelap, hingga akhirnya gelap semua, poek butarajin, seperti malam yang yang pekat, gelap sejauh mata memandang.
***
Suatu tempat yang asing, aku tidak tahu aku sedang berada di daerah mana. Waktu itu aku lewat di depan sebuah rumah panggung khas sunda.
Suasana tempat yang damai, tenteram, dan cerah dengan lingkungan sekitar yang serba hijau. Di depan rumah itu, tepatnya di babancik rumah panggung itu kudapati seorang laki-laki paruh baya yang sedang menimang-nimang anak perempuan kecilnya. Anak perempuan kecil yang lucu dengan jilbab mungil terpasanag di kepalanya. Di samping laki-laki paruh baya itu aku lihat seorang anak laki-laki berumur kurang lebih enam tahunan yang sedang menghafal ayat-ayat Al-Qur’an dibimbing oleh sang laki-laki paruh baya. Sepertinya dia adalah putra dari laki-laki paruh baya itu.
Anak laki-laki itu melantunkan Al-Quran surat Ar-Rahman dengan begitu merdunya. Suara dan lagu tilawah yang khas, aku sering mendengarnya. Anak laki-laki itu bertilawah dengan gaya tilawahnya Ahmad Saud. Subhanallah, merdu sekali, cara bacanya juga sudah cukup tartil.
Aku sangat tertarik untuk mendekati mereka. Duduk-duduk dan berbincang-bincang bersama mereka di tempat penuh kedamaian itu.
“Assalamu’alaikum.” Kuucapkan salam kepada mereka.
“Wa’alaikum salam.” Balas bapak paruh baya itu dengan ramahnya.
Aku sudah berada di hadapan bapak paruh baya itu. Pandangan kami pun bertemu, aku dapat melihat wajahnya dengan jelas.
“Masya Allah!” Sontak aku mengucapkan kalimat ini dengan lirih.
Wajah yang sangat familiar, aku yakin aku sangat mengenal bapak itu, tapi aku tidak tahu siapa namanya.
Kuarahkan pandanganku ke arah anak-anaknya untuk memastikan bahwa aku memang mengenal mereka. Tapi aku tidak kenal anak-anak itu. Yang jelas aku lihat hanyalah seorang anak perempuan yang lucu dengan jilbab mungil terpasang di kepalanya dan seorang anak laki-laki yang sedang asyik dengan hafalan qur’annya. Sama sekali aku tidak mengenal anak-anak itu.
Aku menjadi sangat penasaran dengan bapak paruh baya itu, aku ingin tahu siapa namanya.
“Maaf Pak, bolehkah saya mampir di sini?”
“Oh iya Nak, silahkan-silahkan!” balasnya, ramah.
“Ini putra-putri bapak ya, lucu ya anak perempuannya, terus yang laki-lakinya juga indah sekali tilawahnya.”
“Iya Nak, ini anak-anak saya, yang perempuan ini baru belajar huruf hijaiyah, dan kalau yang laki-lakinya Alhamdulillah sudah hafal empat juz, sekarang masih terus menambah hafalan-hafalanya.”
“Wah, Subhanallah Pak, anak sekecil ini sudah hafal empat juz, luar biasa sekali.”
Bapak itu hanya membalas sanjunganku denagan senyumnya yang ramah.
Aku menjadi malu pada anak kecil yang sudah hafal empat juz itu, aku malu pada diri sendiri yang hampir berusia 21 tahun, tetapi belum banyak hafalannya. Boro-boro sampai hafal empat juz, juz 30 pun masih lupa ingat-lupa ingat.
“Maaf Pak, kalau boleh tahu, nama bapak siapa ya?” tanyaku penasaran.
“Oh iya Nak perkenalkan, nama saya Yusuf, lengkapnya Yusuf Siddiq Maulana.”
Jawab bapak itu sembari menyodorkan tangan kanannya mengajakku berjabat tangan. Aku pun menyambut sodoran tangannya untuk saling berjabat tangan.
Selanjutnya mulutku hampir menganga dengan rasa kaget yang luar biasa ketika dia meyebutkan nama Yusuf Siddiq Maulana.
“Hah, Yusuf Siddiq Maulana?, itu kan namaku!”
Kalimat ini pun terlontar cukup keras dari mulutku. Sementara bapak itu hanya tersenyum melihat kekagetanku.
Bapak paruh baya itu tidak menghiraukan rasa kagetku. Dia malah memanggil istrinya yang sedang berada di dalam rumah sekaligus memintanya membawakan air minum untukku.
“Mi, Umi, tolong ambilkan air minum Mi, ada tamu nih!” Katanya.
“Iya Bi.” Jawab istrinya dari dalam rumah.
Rasa kagetku belum juga hilang akan perkenalan tadi. Kutatap dalam-dalam wajah sang bapak paruh baya itu. Benar aku mengenalnya. Aku sangat kenal dia. Wajah yang sangat familiyar. Ku lihat ke arah keningnya ada bekas goresan luka melintang, mirip dengan yang ada pada keningku. Tentu aku dibuatnya kaget lagi dengan kesamaan ini. Namanya Yusuf Siddiq Maulana, peris sama dengan namaku.
“Silahkan Nak diminum airnya.”
Suara lembut seorang perempuan paruh baya mengejutkan aku yang sedang terkaget-kaget dengan  keanehan itu. Ibu paruh baya itu memintaku untuk meminum air teh yang sudah dihidangkannya di sampingku.
Ibu paruh baya itu sudah berada di sampingku. Sesaat ku arahkan mataku ke arah wajahnya, dan lagi-lagi aku dibuatnya kaget. Wajah ibu paruh baya itu mengingatkan aku pada seseorang yang sangat aku kenal. Dia mengingtkan aku pada seorang perempuan yang juga berjilbab lebar seperti ibu itu. Seorang perempuan yang seringkali mengganggu pikiranku.
“Ini istri saya, namanya Khadija, Khadija Khairunnisa.” Bapak paruh baya itu memperkenalkan nama istrinya padaku. Kagetku semakin menjadi-jadi ketika bapak itu menyebutkan nama itu.
“Hah, Khadija Khairunnisa?” kalimat ini pun terlontar dengan keras dari mulutku.
Nama yang sangat aku kenal, nama seoarang perempuan yang seringkali mengganggu pikiranku selama ini.
Ibu paruh baya yang bernama Khadija itu pun hanya tersenyum menyaksikan kekagetanku. Tidak ada komentar apa pun yang terucap dari mulutnya.
Aku pun dapat melihat senyuman yang tulus dari wajahnya, senyuman tulus yang mengingatkan aku pada seseorang yang sangat aku kenal, senyuman tulus yang mengingatkan aku kepada seseorang yang seringkali membuat jantungku berdetak kencang ketika aku melihat senyumnya, senyuman tulus yang mengingatkan aku pada seseorang yang tidaklah cantik, tetapi ketika aku melihatnya aku merasakan sangat berbahagia, ketika melihat senyumnya hatiku menjadi tenteram, senyuman yang mengingatkan aku pada seorang teman perempuan sholehah yang bernama Khadija Khairunnisa. Namanya persis sama dengan ibu paruh baya itu.
Di tengah keadaan yang serba membingungkan itu tiba-tiba terdengar rengekan seorang anak perempuan kecil. Anak perempuan kecil yang sedang berada di pangkuan bapak paruh baya tiba-tiba saja merengek, memecah suasana hening sesaat.
“Ade kenapa? Yuk sama Umi aja yuk diais-nya, udah bosan ya, diais sama Abi terus.” (diais = dipangku; bahasa Sunda)
Sang ibu paruh baya itu sangat cepat tanggap ketika anak perempuan kecilnya merengek-rengek. Beberapa detik kemudian anak perempuan itu sudah berada di pangkuan ibu paruh baya yang bernama Khadija itu. Tetapi rengekannya tetap saja tidak berhenti, malah berubah menjadi tangisan yang cukup keras.
Ditimang-timang sekian lama tetap saja tidak mau berhenti tangisannya. Aku menjadi kasihan melihat ibu paruh baya yang tidak mampu membuat anak perempuannya itu berhenti menangis. Sepertinya dia sudah kerepotan sekali.
Aku langsung bangkit dari tempat dudukku. Mendekat ke arah ibu itu dan kutatap anak perempuan lucu yang sedang menangis di pangkuan ibunya itu.  Kuhibur dia sebisa mungkin dengan gayaku yang seperti pelawak. Lagi-lagi ibu paruhbaya itu hanya tersenyum melihat tingkahku.
Tapi dampaknya bagi anak perempuan yang sedang berada dalam pangkuannya memang cukup manjur. Tidak lama kemudian anak itu berhenti dari tangisannya. Seberhentinya ia dari tangisannya, anak perempuan lucu langsung menjulurkan kedua tangannya ke arahku. Sepertinya dia ingin berada di pangkuanku. Aku pun dengan senang hati menyambutnya. Ibu paruh baya itu juga melepaskannya dengan senyuman khasnya.
Seketika anak perempuan lucu itu sudah berada di pangkuanku.
Subhanallah, aku merasakan kehangatan yang luar biasa ketika aku menimang-nimang anak perampuan itu. Perasaan sayang yang sangat luar biasa pada anak perempuan itu menaungi diriku. Perasaan sayang yang berbeda dengan perasaan sayang seoarang laki-laki pada seseorang yang hendak dinikahinya. Perasaan sayang yang benar-benar tulus. Mungkin inilah perasaan sayang seorang orang tua pada anaknya. Anak perempuan mungil itu sepertinya betah berada di pangkuanku. Dia asik memainkan jenggotku yang hanya beberapa lembar saja.
Kuarahkan mata sejenak ke arah bapak dan ibu paruh baya itu, dan seperti biasa mereka hanya tersenyum dengan ramahnya.
Aku langsung duduk menghadap ke arah halaman rumah panggung yang serba hijau itu, membelakangi bapak dan ibu paruh baya dengan tetap menimang-nimang anak perempuan kecil yang lucu itu. Aku duduk di samping anak laki-laki yang sudah berhenti dari menghafal Al-Qur’anya.
Seduduknya aku di sampingnya, anak laki-laki itu pun seketika langsung menyadarkan kepalanya ke bahuku. Ya Allah lagi-lagi aku merasakan perasaan yang tidak biasa, perasaan yang sama seperti perasaanku pada perempuan kecil yang hampir saja terlelap dalam pangkuanku. Inikah persaan cinta seorang orang tua pada anaknya?!
Lagu ini pun mengalun dengan lembut dari mulutku,
“Tidurlah tidur, anakku sayang
Tidurlah tidur, dalam pelukan
Aku do’akan, kelak kau besar
Jadi pejuang, pembela islam
Tegarlah bagai batu karang
Hidup ini dalah perjuanangan
bersabar hadapi tantangan
Rihdo Allah lah tujuan
Cintai Allah dan Rasulullah
Cintai Al-Qur’an dan orang beriman
Cintai akhirat, zuhudkan hidup di dunia..
Tingginya cita-cita menjadi penghuni surga
Tidurlah-tidur anaku, dalam pelukan”
Kedua anak itu sudah terlelap tidur, yang satu di pangkuanku dan yang satunya lagi tersandar di bahu sebelah kiriku. Suasana pun hening, yang kudengar hanyalah suara cicitan anak-anak ayam yang sedang bermain dengan induknya di halaman rumah, dan yang kulihat hanyalah hijaunya dedaunan yang tumbuh di halaman rumah itu. Sungguh tempat yang tenang dan penuh kedamaian.
Sepi. Kuarahkan wajahku ke arah tempat bapak dan ibu paruh baya tadi berdiri, namun tidak kudapati seorang pun dari mereka berada di sana.
“Pada kemana mereka?” Pikirku.
“Pak.. Bu.. kalian di mana?” Aku memanggil-manggil mereka.
Tapi tetap tidak ada balasan. Hening.
“Pak.. Bu.. kalian di mana?” sekali lagi aku panggil mereka.
Tapi tetap saja hening, tidak ada yang membalas panggilanku. Aku mulai bingung dengan keadan waktu itu, kok mereka meninggalkan aku begitu saja, pikirku.
Aku masih penasaran dengan dengan meraka, apakah mereka benar-benar sengaja pergi meninggalkan aku dan sengaja menyerahkan anaknya untuku.
“Pak.. Bu.. kalian di mana?” untuk yang ketiga kalinya aku berteriak memanggil bapak dan ibu paruh baya itu.
Alhamdulillah, untuk panggilan yang ketiga ini aku dapati seseorang menjawabnya
“Iya Bi sebentar, Umi segera ke sana.” yang aku dengar malah jawaban seperti ini.
“Abi, Umi, maksudnya apa?” Bisiku dalam hati.
Suara itu, aku sangat kenal suara itu.
Tidak lama kemudian dari dalam rumah munculah sosok seorang perempuan muda berkerudung lebar yang nampaknya seusia denganku. Aku sangat kenal dia. Dia adalah Khadija.
“Ada apa lagi ini, Khadija memanggilku Abi.” Bisiku dalam hati.
“Khadija, kok anti ada di sini, bapak dan ibu tadi ke mana?” Tanyaku bingung.
“Bapak dan Ibu siapa Bi, dari tadi Umi ga liat siapa-siapa selain Abi yang sedang menimang-nimang anak kita, si geulis dan si kasep.” Jawabnya sambil tersenyum.
“Anak? Anak kita? Maksudnya?” Kataku dalam hati.
Kagetku sudah sampai pada puncaknya, aku tidak tahan lagi dengan keanehan-keanehan yang terus-terusan terjadi ini. Jantungku semakin berdetak kencang ketika Khadija mendekat ke arahku sambil tersenyum dengan senyumnya yang khas. Aku ingin bangkit dari tempat duduku, tapi tidak bisa. Aku takut mengganggu anak-anak yang sedang terlelap di pangkuanku. Khadija sudah di belakangku…
***
Mataku terbuka,
“Astagfirullah!” Ucapku lirih.
Aku sedang berada di atas sebuah ranjang di tempat yang asing bagiku. Tapi aku dapati dua orang anak manusia yang tidak asing bagiku, mereka sedang berada di sampingku. Mereka berdua adalah Aldi dan Zaki, sahabat baikku.
“Alhamdulillah, akhirnya antum sadar juga akh.” Kata Aldi.
“Di, ane kenapa Di, kok bisa ada di sini, ini di mana Di?.” Tanyaku pada Aldi.
“Udah jangan banyak bertanya dulu, ceritanya cukup panjang, nanti kalo antum sudah benar-benar pulih ane ceritain deh kejadianya seperti apa, antum sekarang berada di Sarjito.” (maksudnya di Rumah Sakit dr. Sardjito) Jawab Aldi.
Di kepalaku terpasang kain kompres untuk menurunkan panas, di tangan kiriku juga terpasang alat infus. Aku masih merasakan kepalaku yang sakit. Kembali kulemaskan leherku yang sempat menegang sesaat ketika terbangun dari tidak sadarkan diri barusan. Kuambil posisi paling rileks. Aldi memijat-mijat kepalaku, dan Zaki memijat-mijat kakiku.
“Kemungkinannya, tadi pagi sebelum kuliah, antum ga makan ya Cup, kata dokter perut antum ini kosong.” Kata Zaki sambil tetap memijat-mijat kakiku. Ucup, itulah nama yang sering digunakan teman-temanku untuk memanggilku.
“Iya, ane ga sempet sarapan dulu, kuliahnya jam tujuh sih, biasanya ga apa-apa, tapi kok sekarang malah bisa sampai seperti ini.”
“Wah jangan dibiasain seperti itu Cup, kalo ane sih mendingan datang kuliah agak telat daripada kuliah dengan perut kosong, bahaya, kalo kena maag kan repot urusannya.”
Sahabat-sahabatku ini memang sangat perhatian padaku, sampai-sampai mereka rela menjaga aku selama tidak sadarkan diri. Mereka juga sering memberikan nasehat yang sangat berharga untukku.
Sesaat kuarahkan mata ke arah jam dinding yang terpasang di dinding ruangan itu.
“Sudah jam setengah sembilan malam ya Di?, bisa ambilin ane air Di, ane mau wudhu, mau sholat Isya. Antum berdua udah pada sholat Isya?”
“Udah lah, nanti sholatnya sambil berbaring aja ya, untuk wudhunya biar nanti kami yang bantu.” Kata Aldi.
“Ya, ga apa-apa.”
Aldi langsung mengambilkan aku air dari kamar mandi yang ada di ruangan itu untukku berwudhu. Selanjutnya Aldi dan Zaki membantuku berwudhu dalam posisi tubuh masih tetap berbaring. Selesai dibantu berwudhu aku langsung melaksanakan shalat Isya di atas ranjang.
Seusai shalat aku mencoba mengingat-ingat apa yang terjadi padaku tadi siang.
Aku mulai ingat apa yang terjadi tadi siang. Tadi siang setelah selesai kuliah jam 11.30, aku berencana mau langsung pulang ke tempat kost. Namun sayang, di perjalanan aku tidak kuat lagi menahan sakit kepala yang serasa ditanami seribu jarum. Hingga akhirnya aku pun pingsan.
“Ki, Di, gimana ceritanya ane bisa nyampe ke sini?”
“Tadi siang antum nyungsep di deket gerbang fakultas MIPA itu Cup. Ane di-sms sama Khadija kalo antum pingsan. Tadi siang ane lagi di mushola, lagi nunggu sholat Zuhur. Dapet kabar antum pingsan ane langsung menuju ke TKP aja, skalian ngajak Zaki yang kebetulan tadi siang dia baru saja selesai wudhu.”
“Khadija, kok bisa dia yang ngasih tau?”
“Katanya, tadi siang dia mau berangkat ke kampus, terus di jalan berpapasan dengan antum, dan melihat antum sangat lunglai sekali, terus pingsan.”
Aku mulai ingat, tadi siang ada seorang perempuan bersepeda yang mengucapkan salam padaku. Aku tidak dapat melihatnya dengan jelas tapi aku kenal suaranya. Aku baru sadar suara yang menyapaku dengan salam itu ternyata suaranya Khadija.
“Yaa Allah, ada apa dengan ini semua, apakah ini hanya sekedar kejadian biasa tanpa makna, atau Engkau hendak memberikan kabar gembira untuk hamba.”
Kupejamkan mataku. Kuucap istighfar sebanyak-banyaknya.
End..
*) Cerita ini 100% fiktif. Semoga padanya ada manfaat.

Sumber: http://www.dakwatuna.com/2013/06/11/34937/rasaku-terjaga-untuknya/#ixzz2WAXe7GRU

Cara Upload file pdf di blogger

Cara Upload file pdf di blogger

Postingan ini sebagai respon dari pertanyaan kawan kita, tentang bagaimana menyisipkan file PDF dalam posting
Blogger. Ada trik untuk itu. Kita membutuhkan layanan dari pihak ketiga. Dalam hal ini saya memberi contoh dengan
menggunakan layanan dari Scribd.com. Semoga ini juga berguna bagi para teman-teman. Silakan ikuti petunjuk
dibawah ini :
  1. Kunjungi website www.scribd.com 
  2. Klik Sign Up untuk mendaftar, Masukkan data diri Anda.
  3. Masuk ke akun e-mail Anda. 
  4. Buka e-mail dari Scribd berjudul "Verify your e-mail address", klik link yang tersedia dan loginlah Pada Step 1 - "Choose Documents to Upload", klik browse untuk memilih dokumen PDF Anda di komputer, Klik "Upload"
  5. Pada halaman "Describe Your Document", isilah isian dari judul dokumen hingga keywordnya, klik "Save"
  6. Selanjutnya pada halaman "Share Your Document", gulung halaman ke bawah, pada pilihan "Share This Document", klik button" Embed Code
  7. Masuk ke Akun Blogger Anda. 
  8. Klik "Buat Entri", klik Tab "Edit HTML", masukkan kode dari Scribd tadi dengan menekan Ctrl + V 
  9. Hasilnya, dokumen PDF Anda akan termuat dalam postingan Blogger Anda. Anda tinggal menerbitkan entri/postingan Anda.
Awalnya anda pasti binggung, Tul ga,,,!! Hehe...Nanti udah terbiasa terasa gampang-gampang susah. silakan dicoba
Semoga Sukses dan Berhasil!!!

BERSUKUR

                                                                                                                           

oleh; Zulfi Akmal

Seorang ibu yang baru saja selesai melahirkan diberi masa nifas selama 40-60 hari menurut kebiasaan. Di samping nifas itu berguna membersihkan tubuh seorang ibu dari penyakit dan memperbaiki sel-sel tubuh yang rusak selama hamil dan melahirkan, Allah ingin memberikan kemudahan bagi seorang ibu untuk konsentrasi merawat anaknya. Ia tidak dibebani ibadah apa pun selama ia masih dalam keadaan nifas. Ibadah, bahkan jihad baginya pada waktu itu adalah melayani generasi pelanjut yang akan memakmurkan kehidupan di dunia, yang akan menjadi hamba-hamba Allah di permukaan bumi. Itu semua hanya untuk kepentingan hamba-Nya.
Dari hal ini kita bisa memahami bahwa Allah hanya ingin memindahkan kita dari satu nikmat kepada nikmat berikutnya. Semua ibadah yang kita lakukan hanya untuk kebaikan kita, tidak ada kepentingan Allah di sana. Sehingga seolah-olah Allah mundur (tanazul) dari hak-hak-Nya demi kebaikan dan kemudahan hidup hamba-Nya.

Allah hanya inginkan pengakuan dan sedikit rasa syukur dari hamba-Nya. Di mana pengakuan dan rasa syukur itu pun bukanlah karena Allah ingin disanjung, dimuliakan. Karena kekuasaan dan kemuliaan Allah tidak akan bertambah dengan banyaknya ibadah kita, dan Allah tidak akan menjadi hina karena kezaliman dan kekafiran hamba-Nya.

Rasa syukur itu manfaatnya juga hanya untuk kita. Karena kufur terhadap nikmat Allah menyebabkan proses pemberian nikmat selanjutnya menjadi terhalang. Jadi bukan Allah yang menghalangi nikmat turun kepada diri kita, tapi kita sendiri sebenarnya yang menghindar atau menghalangi nikmat Allah itu untuk datang.

Maha Suci Engkau ya Allah, kami saja yang tidak memahami hal itu semua, maka tambahkanlah pemahaman kepada kami dan jadikanlah kami termasuk hamba-Mu yang pandai bersyukur.

Selasa, 11 Juni 2013

Mesin Pulsa Gratis

Apa Sich BloggerBersatu.com?
BloggerBersatu.com adalah Website Jaringan Periklanan Online berbasis PPC / Pay Per Klik atau Bayar Per Klik dengan harga termurah yang menawarkan jasa periklanan kepada anda para Advertiser (Pemasang Iklan) yang berkeinginan mempromosikan website atau usaha onlinenya yang bakal disebarkan kepada ribuan web owners / blogger yang telah terdaftar di BloggerBersatu.com.
BloggerBersatu.com juga merupakan website yang memberikan kesempatan bagi anda para Publisher (Penerbit Iklan) untuk memperoleh pulsa gratis dengan menyediakan ruang / space pada website atau blog anda sebagai tempat pemasangan iklan bagi advertiser.
Bagaimana Caranya Menjadi Advertiser / Pemasang Iklan ?
Untuk menjadi seorang Advertiser / Pemasang Iklan yang harus Anda lakukan adalah :
  1. Silakan lakukan pendaftaran terlebih dahulu di sini dengan mengisikan data diri anda.
  2. Lakukan konfirmasi pendaftaran pada email yang kami kirimkan.
  3. Login ke BloggerBersatu.com dengan menggunakan email dan password anda.
  4. Silakan isi saldo iklan (lihat caranya di member area) dan setelah itu silahkan konfirmasi kepada kami.
  5. Buat iklan anda di halaman member area dan klik aktifkan pada iklan yang akan ditayangkan.
  6. Tugas anda selesai dan iklan anda sudah terbit diseluruh publisher BloggerBersatu.com 

Bagaimana Caranya Menjadi Publisher / Penerbit Iklan ?
Untuk menjadi seorang Publisher / Penerbit Iklan yang harus anda lakukan adalah :
  1. Silakan lakukan pendaftaran terlebih dahulu di sini dengan mengisikan data diri anda.
  2. Lakukan konfirmasi pendaftaran pada email yang kami kirimkan.
  3. Login ke BloggerBersatu.com dengan menggunakan email dan password anda.
  4. Ambil code script iklan BloggerBersatu.com untuk blog / website Anda selanjutnya pasang pada blog / web anda.
  5. Silakan buka blog / website Anda, apabila konfigurasi telah dilakukan dengan benar, maka iklan kami akan langsung terlihat atau terbit pada blog / website anda.