BERANDA

Senin, 22 Juli 2013

Klarifikasi Tifatul Sembiring Terkait Pemberitaan PLIK/MPLIK oleh Tempo


By. Tifatul Sembiring
(@tifsembiring)
Kami akan gunakan hak jawab baik terhadap Majalah maupun Koran Tempo untuk meluruskan tulisan soal PLIK/MPLIK #klarifikasi

Kalau boleh menyimpulkan dalam satu kata ttg tulisan berkait PLIK/MPLIK, singkat saja, kata yang tepat adalah: LEBAY! #klarifikasi

PLIK/MPLIK adalah penerjemahan arahan Presiden SBY di National Summit 2009 tentang sebuah cita-cita "Indonesia Connected" #klarifikasi

Juga tindak lanjut World Summit on the Information Society WSIS 2005 di Tunisia komit di 2015, 50% masy. terakses internet #klarifikasi

WSIS inilah yang menjadi cikal dari USO (Universal Service Obligation) yang nantinya menjadi sumber dana PLIK/MPLIK #klarifikasi

Dalam Masterplan Percepatan & Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) juga disebut penguatan konektivitas #klarifikasi

Dimana @kemkominfo menjadi pelaksanannya melalui program-program berkait USO yang telah 

berjalan baik selama ini #klarifikasi

Lahirlah program Desa Berdering, Desa Internet, Desa Pinter, Pusat layanan Internet Kecamatan atau PLIK dan Mobil PLIK #klarifikasi

PLIK telah hadir di 5.758 kecamatan & MPLIK tersedia 1.907 unit tersebar di seluruh Indonesia, dari Sabang sampai Merauke. #klarifikasi

PLIK/MPLIK bukan proyek PENGADAAN. Tapi SEWA JASA, pembiayaan hanya dikeluarkan dari pekerjaan yg telah dilakukan pelaksana #klarifikasi'

Untuk MPLIK, pemenang tender yang terbagi beberapa zona-lah yang mengadakan sendiri mobil, komputer dan koneksi internet. #klarifikasi

Pemerintah/@Kemkominfo hanya membayar sewa jam koneksi kepada pemenang tender MPLIK yang disubsidi sebesar RP 3.125/jam #klarifikasi

Jadi, hanya koneksi yg sukses berjalan sajalah yang dibayarkan sewanya berkait PLIK/MPLIK ini. Yang nggak sukses, noway! #klarifikasi

Dari 2,9 Trilyun dana USO telah digunakan sekitar 900M untuk pembiayaan program-program terkait USO, termasuk PLIK/MPLIK #klarifikasi

Audit oleh auditor independen, evaluasi keberhasilan PLIK/MPLIK mencapai 70%. jadi hanya 70% inilah yang akan dibayar #klarifikasi

Memang ada sebagian yg terhambat, namun jangan hanya dg bahagian kecil ini, lalu jadi patokan utk keseluruhan PLIK/MPLIK #klarifikasi

Sebagian kita mungkin masih hanya bisa lihat sisi negatif pihak lain. Sisi sukses sama sekali tak menarik dilirik. #klarifikasi

Misalnya @kemkominfo dengan anggaran 2-3 trilyun/tahun, namun berhasil mengumpulkan PNBP 11-12 trilyun dan terus meningkat #klarifikasi

Kembali soal koran & majalah Tempo, dengan sekilas orang awampun bisa lihat kelemahan data, logika dan ketidakrunutan. #klarifikasi

Terbaca ada "framing" tertentu yg ingin dibangun tulisan tersebut. Pembaca yang makin cerdas dapat dg mudah melihatnya :) #Klarifikasi

Ada pengait-ngaitan nama yang dilakukan secara serampangan dan hanya mendasarkan pada asumsi lemah yang dipaksakan #klarifikasi

Jika ada penyimpangan, silakan bongkar saja. Saya dukung. Rasanya hanya @kemkominfo yang sigap buat MOU dengan @KPK_RI #klarifikasi

Demikian #klarifikasi ttg PLIK/MPLIK sbg penyeimbang pemberitaan terkait. Saya percaya, pembaca makin cerdas sikapi media yg ada :)

Kami akan meminta ruang yg layak di media terkait untuk pemuatan hak jawab. Penjelasan di socmed ini sbg pendahuluan. #klarifikasi

Cintai Saudara Mu

Konon kabarnya Hajjaj bin Yusuf Ats Tsaqafy memerintahkan untuk menagkap 3 orang dalam sebuah kasus dan memasukkan mereka ke dalam penjara.Selanjutnya ia memerintahkan algojonya untuk memenggal kepala ketiga orang itu.

Tatkala mereka digiring ke depan algojo, Hajjaj melihat seorang perempuan cantik menangis dengan sangat memilukan.

Lalu ia berkata: Bawa perempuan itu ke hadapanku!

Ketika ia sudah berada di depannya, ia bertanya: "Apa yang membuatmu menangis?"

Perempuan: Orang-orang yang engkau perintahkan untuk dipancung itu adalah suamiku, saudara kandungku dan anak kesayanganku, bagaimana aku tidak akan menangis?

Lalu Hajjaj memutuskan untuk memaafkan salah seorang di antara mereka bertiga sebagai penghargaan terhadap perempuan itu. Dan ia berkata: "Pilihlah salah seorang di antara mereka bertiga untuk aku maafkan".

Dalam perkiraan Hajjaj perempuan itu akan memilih anaknya.

Suasana menjadi tegang dan sunyi senyap. Seluruh mata tertuju kepada perempuan itu, menunggu siapa yang ia pilih untuk dimaafkan.

Ia diam sejenak, kemudian angkat bicara: "Aku pilih saudaraku".

Hajjaj menjadi kaget mendengar jawaban perempuan itu. Langsung saja ia bertanya apa rahasia dibalik pilihannya terhadapa saudaranya?

Lantas ia menjawab: Adapun suami ia tetap ada. (Artinya ia mungkin menikah lagi dengan laki-laki lain)

Adapun anak juga ada. (Artinya setelah menikah lagi ia bisa memperoleh anak kembali)

Adapun saudara ia akan hilang (Karena ibu dan bapaknya sudah tidak ada)

Jadilah ungkapan perempuan itu sebagai pribahasa dan kata-kata hikmah yang membuat Hajjaj jadi tercengang melihat kebijaksanaan dan kepintarannya.

Akhirnya Hajjaj memutuskan untuk memaafkan mereka semua.

Subhanallah.......

Kesimpulan: Saudara itu tidak tergantikan. Seseorang tidak akan merasakan betapa berharganya seorang saudara kecuali setelah kehilangan salah seorang di antara mereka.

Makanya peliharalah hubungan antara dirimu dengan saudara-saudaramu, karena mereka adalah sesuatu yang tidak mungkin tergantikan.

Jumat, 19 Juli 2013

Ramadhan Bulan al-Qur'an


Seorang kakek tinggal di sebuah perkebunan di kaki pegunungan yang indah bersama seorang cucunya yang masih kecil. Sang kakek selalu bangun subuh untuk shalat tahajjud dan dilanjutkan dengan shalat subuh. Setelah itu ia duduk di hadapan sebuah meja untuk membaca al Qur'an. 

Sang cucu ingin sekali meniru kakeknya dalam segala hal. Ia menirukan setiap gerakan dan perbuatan yang dilakukan oleh kakeknya. 

Pada suatu hari ia bertanya kepada kakeknya: "Wahai kakek, aku sudah berusaha dengan serius untuk membaca al Qur'an seperti yang engkau lakukan, akan tetapi setiap kali aku berusaha membacanya aku tidak dapat banyak memahaminya. Kalaupun aku faham tentang sesuatu cepat sekali hilang dari ingatanku. Baru saja aku menutup mushaf al Qur'an berangsur-angsur hilang dari memoriku apa yang sudah aku fahami itu. Jadi apa gunanya membaca al Qur'an banyak-banyak?

Waktu itu sang kakek lagi menggenggam bara untuk diletakkan di atas pemanas ruangan, lalu ia seperti meludah dengan tenang dan ia letakkan bara yang ada di tangannya. Kemudian ia berkata: Ambillah keranjang bara yang sudah kosong ini dan pergilah ke sungai, kemudian kembalilah ke sini dengan membawa air!

Dengan patuh anak kecil itu pergi melakukan apa yang diperintahkan kakeknya. Akan tetapi ia dikagetkan dengan air yang menetes dari sela-sela keranjang dan habis sebelum sampai ke rumah. 

Kakeknya memperhatikan sambil tersenyum dan berkata: Harusnya kamu lebih cepat lagi berjalan membawa air itu!

Sang cucu kembali lagi ke sungai dan berusaha berjalan lebih cepat ke rumah. Sayang sekali air tetap saja merembes keluar dari keranjang. Anak itu menjadi kesal. Lalu ia berkata kepada kakeknya: Merupakan hal yang mustahil bila aku membawakan air untuk kakek dengan keranjang ini, sekarang aku akan pergi ke sungai dengan membawa ember supaya aku bisa memenuhinya dengan air untukmu.

Kakek: Tidak, aku tidak memintamu membawakan air dengan ember, aku menginkan keranjang berisi air. Aku kira kamu belum mengerahkan segala kesungguhan wahai cucuku.

Kemudian sang kakek keluar bersama cucunya untuk membimbingnya secara langsung melakukan apa yang ia perintahkan. Anak kecil itu yakin sekali kalau ia melakukan sesuatu hal yang mustahil. Cuma ia ingin memperlihatkan keseriusan kepada kakeknya dengan bukti perbuatan. Ia berlari sekencang-kencangnya menuju kakeknya. Sambil terengah-engah ia berkata: Kakek sudah lihatkan? Tidak ada faedahnya???

Sang kakek memandangi cucunya sambil berujar: Apakah kau mengira tidak ada faedahnya apa yang sudah kau lakukan? Ke sinilah dan lihatlah apa yang terjadi dengan keranjang ini!

Anak itu mengamati keranjang itu, ia baru sadar kalau keranjang itu sekarang sudah berubah dari bentuk semula. Keranjang yang tadinya dikotori oleh bara sekarang betul-betul sudah bersih, baik dari luar maupun dari dalam.

Ketika sang kakek melihat cucunya jadi tercengang, ia berkata: Persis seperti ini yang terjadi ketika kamu membaca al Qur'an. Barangkali kamu tidak faham banyak darinya, dan kamu cepat lupa apa yang kamu fahami atau yang telah kamu hafal dari ayat-ayatnya, akan tetapi ketika kamu terus membacanya kamu akan berangsur berubah ke arah yang lebih utama, baik itu dari dalam jiwa maupun dari penampilan sifat luar. 

Ramadhan bulan al Qur'an, mari kita perbanyak membaca dan mentadabburinya.

Jumat, 12 Juli 2013

Galeri Potho Rakyat Mesir Pasca Kudeta Presiden Morsy

Add caption

Kota-kota konsentrasi pendemo pro Morsy








 Syuhada Fajar







 Ibu salah seorang Syuhada "Abdul Hamid Muhammad"di Rab`ah Adawea memberikan semangat kepada Demonstran...







Doktor Ridha Muhammadi Dosen Al-Azhar University yang cidera setelah peristiwa depan Markaz Paspampres, memembrikan semangat kepada Demostran dari atas Panggung Rab`ah




Demonstran Shalat Taraweh di Medan Hurriyah "Propinsi Almenia"


saking padatnya, tak ada temput untuk ruku` atau sujud kecuali apa yang ada didepan mereka(punggung teman).‪#‎Subhanallah‬



Kawasan Markaz Paspampres "Menyediakan kain Kapan"



Anak salah seorang demonstran"Umar" yang luka2 depan Markaz Paspampres.di atas Panggung Rab`ah Adawea.





Al-Qur'an ditengah-tengah pendukung Morsy
 














Seorang penganut Masehi mendukung Morsy dan Ikhwan al-Muslimin



Dukungan dari Baitul Maqdis




















Rob'ah adawe

Menykapi Situasi di Mesir

Oleh: Ust. H. Irsyad Safar, Lc., MA.

Membaca beberapa diskusi dan status Teman-teman tercinta alumni timteng, khususnya Alumni Al Azhar, ana sangat setuju bahwa Kita tidak usah terjebak membicarakan Syekh Al Azhar. Allahu Haasibuhu… Namun tidak terhalang agar kita saling tawaashau bil haq, bishshbar dan bil marhamah. Ana juga ingin menambahkan beberapa poin berikut:

Pertama. Betul Ramadhan itu bulan ibadah dan amal shaleh. Tetapi, bukan amal shaleh yg terpaku dgn amaliah fardiyah belaka. Bukan sekedar fiqh shiyam, shadaqah, qiyamullail, dan sejenisnya. Ingat, ramadhan juga syahrul jihad. Bulan perjuangan, bulan kemanangan umat Islam terhadap penjajah dan pelaku kazhaliman. Umat juga perlu tahu tentang fiqh jihad. Apalagi dalam kontek kontemporer. Bukan menghasung umat berjihad, tetapi memahamkannya, mencerdaskannya, ikut serta mendoakan para pejuang mujahidin di seluruh dunia.

Ramadhan juga syahrul muwaasaah (bulan peduli dan berbagi). Rasulullah paling tinggi kepeduliannya di bulan ramadhan dengan banyak memberi dan berbagi. Diantara bentuk kepedulian kita kepada saudara2 kita seiman adalah mengetahui kondisi riil mereka yang sebenarnya. Bahkan ana sangat tidak setuju kalau mahasiswa Indonesia di timur tengah kerjanya hanya belajar mata kuliah saja (study oriented). Tidak usah menjadi tim media. Ini sebuah logika berbahaya. Ditengah media Islam dibredel dan diberangus serta wartawannya ditangkap dan di penjara. Ditengah pemutarbalikan fakta dan distorsi berita, justru menjadi wajib bagi siapa yg sanggup dan mampu untuk menyebarkan berita yang sebenarnya terjadi, kepada seluruh dunia dan seluruh umat Islam. Jihad media saat ini telah menjadi fardhu kifayah. Media tanah air tdk ada yg pro Islam dan yg memberitakan dari sumber yg benar. Semua mengambil sumber barat dan sekuler. Dari mana umat Islam di tanah air akan tahu kalau kita berpangku tangan tidak ikut menyebarkan info yang sebenarnya??? Tidakkah orang yang tahu kejadian sebenarnya terhadap umat Islam lalu membiarkan berita itu tersembunyi, tidakkah dia akan menjadi berdosa karena menyembunyikan kebenaran dan membiarkan kebathilan?

Bahkan di ramadhan yang berkah ini, kita perlu mengajak umat berdoa dalam qunut-qunut witir kita untuk saudara-saudara kita di berbagai Negara yg sedang ditindas, dizhalimi, dibantai dll. Bagaimana kita akan mengajak mereka ikut berdoa dan qunut kalau umat belum atau tidak tahu kenapa kita qunut? Umat tidak tahu ada apa dengan mereka di sana?. Kita mesti mencerdaskan umat dengan kondisi umat Islam di Palestina, suriah, Iraq, dan juga Mesir. Bahkan pekerjaan ini menjadi sangat urgen saat ini. Disaat kejadian berlangsung. Bila sdh selesai nanti, maka sangat minim manfaatnya bahkan tidak ada lagi gunanya.

Kedua, ini juga momen utk mencerdaskan umat bahwa Islam itu bukan ibadah ritual saja. Islam adalah system menyeluruh yang mencakup aqidah, ibadah, akhlak, ilmu pengetahuan, ekonomi, budaya, militer, dakwah, jihad dan juga politik. Semuanya satu kesatuan yang utuh. Tidak ada dikotomi antara semua unsur tsb. Pemisahan antara agama dengan politik, ekonomi, pemerintahaan dan lain-lain adalah SEKULERISME. Umat sudah lama dibodohi dengan pemahaman bahwa Islam itu hanya shalat, puasa, sadaqah, zakat, umrah dan haji. Diluar itu tidak usah membawa-bawa agama. Apakah kita alumni timur tengah akan mengabadikan kebodohan ini kepada umat?

Ketiga, Menurut ana, kita jangan bicara dengan melihat peristiwa diujung. Lalu mengatakan akhaffud dhararain. Atau haqnun liddimaa.
Mari kita lihat juga permasalahan ini secara utuh.

Satu. Mursi adalah presiden yang sah baik secara syar’I ataupun secara konstitusi. Bukankah dia ULIL AMRI yang sah Syar’an wa Dustuuran? Apakah yang membuat dia layak dikudeta? Tidak ada. Melainkan karena Islam tidak boleh kuat dan berkuasa di Mesir. Apakah Mursi dictator, zhalim, tangan besi, memperkaya keluarga dan kerabatnya, menangkapi dan membunuh ulama, membredel media massa??? Semuanya jawabannya TIDAK. Justru dia bangun pemerintahannya jauh dari kepentingan keluarga. Tetap rela hidup dirumah kontrakannya. Anaknya tetap bekerja biasa dan bahkan juga melamar pekerjaan kian kemari. Betapa lawan-lawan politiknya mencaci, menghina bahkan membuat keonaran sampai merusak fasilitas umum dan membunuh. Tapi mereka tidak dipenjara atau bahkan dibunuh. Dia tunjuk para pembantunya di pemerintahan: Menteri-menteri dan para gubernur dari orang-orang yang baik, shaleh dan kapabel. Dia angsur membersihkan pemerintahan dari orang-orang fasid dan fasiq peninggalan dictator mubaarak. Tentunya yg tersingkir akan marah, tidak rela zona nyamannya terusik. Media massa yang senantiasa menfitnah, memutarbalikkan fakta, menebar kebohongan, menghina sang presiden dan lain-lain, tak satupun yang ditutup, dibredel apalagi ditangkap. Apalagi ulama, beliau hormati Al Azhar dan tidak mau intervensi. Padahal dictator sebelumnya telah membonsai Al Azhar.

Dengan posisi dan kondisi ini, apakah alasan pembenaran secara syar’I dan konstitusi untuk membangkang kepada ULIL AMRI? Apalagi mengkudetanya? Dimana ayat-ayat dan hadits-hadist taat kepada ULIL AMRI??? Kok tidak digunakan disini?? Kalau dia tersalah masih bisa dinasehati, karena tak ada kesalahan yg fatal. Diapun telah membuka pintu dialog selebar-lebarnya. Kalau memang rakyat tidak menyukainya, turunkan dia dalam pemilu berikutnya.

Dua. Apakah statusnya secara syr’I dan konstitusi, orang-orang membangkang kepada ULIL AMRI yang sah, dengan cara merusak, membakar fasilitas umum, kantor, rumah dsj, mencuri, merampok, membunuh, memperkosa, mengangkat senjata, bahkan bersekongkol dengan non muslim, para pendeta, tokoh-tokoh sosialis dan komunis? Dan ini dilakukan berulang-ulang sejak awal Mursi dilantik menjadi presiden. Tidakkah perbuatan tersebut sudah termasuk BUGHAT? Tidakkah mereka sudah masuk dalam katagori ayat Allah QS Al Maidah: 33 (menantang Allah dan RasulNya, membuat kerusakan di muka bumi, yang seharusnya pelaku-pelaku itu dibunuh, disalip, dipotong tangannya dan kakinya secara bersilang)? Tapi sama sekali Mursi tdk melakukan itu kepada mereka. Lalu mereka kembali melaksanakan aksi terakhir kemaren ini dengan lebih sadis dan anarkis.

Tiga. Dalam situasi seperti itu, seharusnya ULAMA pergi kemana? Bukankah harusnya Ulama pergi ke ULIL AMRI mendampinginya, menguatkannya, memberikan solusi dan jalan keluar. Kenapa ikut berunding dengan tentara yang mereka juga adalah bawahan presiden. Kalau Ulama pergi ke tentara, berarti ulama telah menganggap tentaralah yang berkuasa, dan presiden di bawah tentara. Berarti bergabung dalam barisan BUGHAT..

Empat. Lihatlah lagi realita yang terjadi sejak 30 juni sampai hari ini. Yang mati dan berdarah-darah apakah orang yang memberontak atau pendukung ULIL AMRI yang sah? Bahkan pasca kudeta, para syuhada berguguran dengan senjata tentara dan polisi. Semua TV dan koran yang pro Islam dibredel, ditutup dan para wartawannya ditangkap. Para demonstran pendukung Konstitusi yang sah dan ULIL AMRI yang sah yang berkumpul secara damai, sama sekali tidak merusak, tidak anarkis, malah sepanjang waktu mereka shalat berjamaah, qiyamullail, qunut berdoa kepada Allah untuk kemashlahatan mesir dan seluruh rakyatnya, setiap hari semenjak 27 juni, lalu justru merekalah yang ditembaki dengan gas air mata, peluru karet dan bahkan ada yang tewas..? Dan saat shalat shubuh rakaat kedua mereka ditembaki.. Hal yang sama tidak pernah dilakukan bagi pemberontak di sekitar istana… Lalu gelombang penangkapan berlangsung sampai hari ini. Ratusan sudah tokoh-tokoh Islam dijebloskan kepenjara. Partai penguasa langsung dibekukan. Apakah ini semua akhafuddaraain? Apakah ini semua haqnun liddimaa? Apakah hal ini semua tdk perlu diketahui umat Islam sedunia????
Dalam kondisi seperti ini, harusnya Ulama berada di mana?

Sebagai catatan tambahan: Ana tidak setuju kalau kita memperdebatkan pribadi Syaikhul Azhar, bisa jatuh kepada ghibah. Tetapi apa yang telah terjadi dan telah terang benderang dilakukan di depan khalayak, bukanlah rahasia, dan bukanlah gunjing. Tanpa ditambah dan tanpa dibumbui, itu mesti diketahui. Agar tidak menjadi penipuan berikutnya oleh media sekuler dan anti Islam. Semua ini tentunya tidak hal yang sederhana dan tanpa makna. Namun begitu, seharusnya setiap muslim memberikan loyalitasnya kepada Islam dan Muslimin. Mengedepankan keutuhan umat. Di Al Azhar Ulama-ulama yang istiqamah, Dosen-dosen yang lurus dan mengayomi, takut kepada Allah, cinta kepada Rasul dan umatnya, masih sangat-sangat banyak. Tapi mereka belum mendapat tempat penentu kebijakan.

Wallahu a’lam bishawab

Setan Dibelenggu Maksiat Jalan Terus, Kenapa?!


Oleh: Ust. Jamaludin Junaedi
 
"Syetan dibelenggu tapi maksiat jalan, kenapa ya?
Dalam Hadits sahih, dari Abu Huraerah Nabi bersabda:

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ - رضى الله عنه - أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « إِذَا جَاءَ رَمَضَانُ فُتِّحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ وَصُفِّدَتِ الشَّيَاطِينُ ». رواه مسلم
Artinya: Dari Abu Huraerah RA, Bahwasanya Nabi Muhammad SAW Bersabda: Apabila datang bulan Ramadhan maka pintu surga dibuka lebar-lebar, pintu neraka ditutup rapat-rapat, dan syetan-syetan dibelenggu. HR Muslim

Pertanyaan yang sering muncul: syetan di belenggu, tapi kenapa maksiat masih merajalela, bukankah ia tidak menggoda lagi?

Jawabannya: Kemaksiatan dan keburukan tidak mesti berawal dari godaan syetan saja, bisa jadi dari bujukan jiwa dan hawa nafsu yang tidka baik, kebiasaan bermaksiat dan rayuan syetan manusia (Qurtuby)
Jadi, kalau di bulan ramadhan masih sering maksiat, tanpa ada rayuan syetan manusia maka perbanyaklah istighfar. jangan-jangan kita sendiri sudah jadi syetan manusia.



استغفر الله

Kajian Hadits

 Oleh : Ust. Jamaludin Junaedi
Mengkaji hadits

“رمضان أوله رحمة ، وأوسطه مغفرة ، وآخره عتق من النار”

Kalau kita kaji dari sisi sanad, hadits ini lemah. Kelemahannya terletak pada rawi “Salam bin Sulaeman bi Sawwar”. Dan dalam sanad lain terletak pada: Ali bin Zaed bin Gad'an.
Nah, bagaimana dari sisi matan?
Banyak yang beranggapan: Meskipun hadits ini lemah sanadnya, tapi matannya shahih. Benarkah demikian??
Setelah saya kaji, ternyata secara matan hadits ini juga lemah.

1- Anggapan sepertiga pertama ramadhan adalah rahmat, ternyata tidaklah benar, karena ternyata satu bulan penuh ramadhan adalah rahmat. Dalilnya: Riwayat Imam Muslim dari Abu Huraerah, Rasulullah bersabda:
إذا كان رمضان فتحت أبواب الرحمة، وغلقت أبواب جهنم،وسلسلت الشياطين

Dalam hadits ini dijelaskan bahwa terbukanya pintu rahmat tidak dibatasi dengan sepertiga pertama saja, ia senantiasa ada selama bulan ramadhan.

2- Anggapan bahwa sepertiga pertengahan ramadhan adalah Ampunan, tidaklah benar, karena sebulan penuh ramadhan adalah ampunan. Dalilnya:

من صام رمضان إيمانا واحتسابا غفر له ما تقدم من ذنبه رواه البخاري ومسلم
مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِه البخاري ومسلم
مَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ رواه البخاري
Dalam hadits di atas tidak ada batasan waktu ampunan, karena dari awal sampai akhir ramadhan Allah janjikan ampunan bagi yang berpuasa, taraweh/tahajud.

3- Anggapan bahwa sepertiga akhir ramadhan adalah janji Pembebasan dari api neraka juga tidak benar. Karena Allah telah menjanjikannya disetiap malam ramadhan. Dalilnya:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، قَالَ : "إِذَا كَانَ أَوَّلُ يَوْمٍ مِنْ شَهْرِ رَمَضَانَ صُفِّدَتِ الشَّيَاطِينُ وَمَرَدَةُ الْجِنِّ ، وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ فَلَمْ يُفْتَحُ مِنْهَا بَابٌ ، وَفُتِحَتْ أَبْوَابُ الْجِنَانِ فَلَمْ يُغْلَقْ مِنْهَا بَابٌ ، وَنَادَى مُنَادٍ : يَا بَاغِيَ الْخَيْرِ أَقْبِلْ ، وَيَا بَاغِيَ الشَّرِّ أَقْصِرْ ، وَلِلَّهِ عُتَقَاءٌ مِنَ النَّارِ ، وَذَلِكَ كُلَّ لَيْلَةٍ " . رواه الترمذي وابن ماجه وغيرهما والحاكم وقال : هذا حديث صحيح على شرط الشيخين ، ولم يخرجاه بهذه السياقة »
Di akhir hadits di jelaskan bahwa tiap malam ramadhan akan ada hamba Allah yang dijanjikan akan bebas dari api neraka.

Mudah-mudahan kita mendapatkan Rahmat, ampunan, dan termasuk hambanya yang dibebaskan dari api neraka, dan semoga itu di setiap malam ramadhan.
Amiiin
wallahu a'lam

Senin, 01 Juli 2013

Jangan Khatamkan Al-Qur’an di Bulan Ramadhan

Ramadhan disebut juga bulan-nya Al-Qur’an; karena memang pada bulan inilah Allah swt menurunkan ayat pertama Al-Qur’an kepada Nabi Muhammad saw yang juga sebagai tanda bahwa beliau telah diangkat menjadi Rasul untuk semesta alam ini.
Selain itu juga, karena memang pada bulan ini semua orang muslim menjadi sangat begitu dekat dengan al-Qur’an. Sehingga kita tidak bisa mendapati seorang muslim di bulan Ramadhan ini kecuali ia sedang menggenggam mushaf Al-Qur’an, baik itu dikantongi ataupun di-‘tengteng’. Itu saking giatnya mereka, sehingga mereka tidak ingin melewatkan kesempatan sedikit pun di waktu-waktu bulan Ramadhan ini kecuali ia manfaatkan dengan membaca mushaf Al-Qur’an.
Dan tidak jarang, bahkan hampir semua umat Islam mengusung target khatam Qur’an pada bulan suci ini. Bukan hanya sekali, tapi berkali-kali. Bahkan ada sekelompok pemuda atau remaja yang mengadakan perlombaan siapa yang paling banyak khatam-nya, dan menjadi sebuah prestise tinggi jika bisa mengatakan “Alhamdulillah saya sudah khatam 2 kali Ramadhan ini”. Begitulah kira-kiranya.
Tapi semangat ini, semangat mengkhatam-kan al-Qur’an di bulan Ramadhan hendaknya tidak digeneralisir untuk semua orang. Bagi mereka yang memang sudah mahir dan mengerti hokum-hukum Tajwid (kaidah membaca al-Qur’an) dan bisa membacanya dengan benar, ya sah-sah saja buat mereka untuk mengkhatamkan al-Qur’an. Karena tidak akan menjadi masalah.
Tapi bagi mereka yang belum mahir membaca al-Qur’an atau bahkan tidak mengerti hokum-hukum tajwid (sebenarnya membaca al-Quran dengan tajwid itu –sesuai Ijma’ Ulama- hukumnya fardhu ‘Ain), maka program mengkhatamkan al-Quran ini sungguh tidak layak dikerjakan oleh mereka.
Al-Qur’an itu ada 30 Juz, berarti kalau kita ingin mengkhatamkan al-Qur’an pada bulan Ramadhan ini, kita diharuskan untuk menghabiskan satu hari ini dengan membaca 1 juz AL-Qur’an (dengan asumsi bahwa 1 bulan Ramadhan itu 30 hari). Dan satu juz Al-Qur’an itu terdiri dari sepuluh lembar mushaf Madani (cetakan Arab Saudi) yang sama juga 20 halaman Mushaf. Berarti mau tidak mau, kita harus membaca 20 halaman mushaf setiap harinya.
Menurut pengalaman yang saya temui dari beberapa kawan yang memang sudah mahir membaca al-Qur’an dan tentu saja mereka sangat mengerti hukum tajwid, membaca 1 juz atau 20 halaman mushaf al-Qur’an itu membutuhkan waktu 60-90 menit (1 sampai 1,5 jam). Itu bagi mereka yang lancar membacanya.
Tentu bagi kawan-kawan yang belum lancer dan mungkin tidak mengerti hokum-hukum tajwid, tentunya akan membutuhkan waktu lebih lama lagi. Tapi yang terjadi di lapangan, karena memang keinginan besarnya dan sudah menjadi target Ramadhan dari jauh-jauh hari, ia paksakan untuk bisa mengkhatamkan Al-Qur’an di bulan suci ini, akhirnya ia membaca sesukanya, tanpa peduli dengan kaidah-kaidah hokum tajwid. Ia tergesa-gesa dan terus membaca al-Quran walaupun salah, yang penting bisa memenuhi target baca satu hari satu juz bahkan lebih.
Padahal Allah telah memerintahkan dalam ayat-Nya:
“Dan Bacalah Al-Qur’an dengan perlahan-lahan (tartil)” (Al-Muzzammil 4)
Belum lagi mereka yang punya kesibukan, pekerjaan yang memang memakan waktu dan tenaga. Apa mungkin mereka kuat duduk 1 jam lebih dengan bacaan yang sudah tidak bisa dimengerti lagi? Yang terjadi akhirnya mereka bukan membaca Qur’an, tapi justru malah menghinakan Qur’an itu sendiri karena telah dibaca seenaknya, sesukanya, padahal ada kaidah yang HARUS diikuti. Alih-alih ingin menghargai dan menghormati al-Qur’an dengan mengkhatamkannya, tapi mereka malah menghinakannya.
“Loh bukankah baca Qur’an itu tetap mendapat pahala walaupun tidak mengerti artinya?”. Ya benar sekali. Siapapun yang membaca al-Qur’an pasti mendapat pahala walaupun ia tidak mengerti artinya atau tidak paham kaidahnya, malah mendapat 2 pahala, begitu hadits Nabi menjelaskan.
Tapi itu bagi mereka yang ma uterus belajar mempelajari kaidah-kaidahnya, bukan untuk kejar target khatam Qur’an tanpa mau belajar di sebelum bulan atau sesudah bulan Ramadhan seperti kebanyakan yang orang kerjakan belakangan ini. Mereka sepertinya menyepelekan al-Qur’an dengan ke-ogah-an mereka untuk belajar.
Lalu Bagaimana?
Semangat beribadah di bulan Ramadhan ini harusnya juga di implementasikan dengan melakukan ibadah sesuai kaidah yang telah ditetapkan oleh syariah itu sendiri. Dan di bulan Ramadhan ini, baiknya kita konversi semangat mengkhatamkan Qur’an itu menjadi semangat “BELAJAR TAJWID”. Jadi bulan Ramadhan ini sebutan barunya ialah “Bulan Tajwid”.
Tidak ada lagi cara kita untuk bisa lancer membaca al-Qur’an dan mengerti hokum serta kaidah-kaidahnya kecuali dengan kita mempelajari Tajwid itu sendiri. Karena ulama sejagad raya ini telah bersepakat bahwa mambaca AL-Quran dengan tajwid itu hukumnya Fardhu ‘Ain. Artinya kewajiban itu sama seperti kewajiban shalat 5 waktu yang harus dikerjakan oleh personal masing-masing muslim. Tidak ada tawar-tawaran lagi.
Waktu-waktu yang awalnya telah kita jadwalkan untuk berkhatam (tapi dengan bacaan salah), kita rubah dengan belajar tajwid, entah itu dengan mendatangi kawan yang mengerti guna meminta beliau mengajarkan kita tajwid. Atau mendatangi seorang ustadz/kiyai, atau juga kita mengikuti halaqah-halaqah tajwid yang biasa banyak digelar di masjid-masjid sekitar rumah kita masing-masing.
Satu bulan ini kita “khatamkan” ilmu tajwid itu, sehingga nantinya ketika keluar bulan Ramadhan ini kita sudah mampu membaca Qur’an dengan benar tanpa salah Insya Allah. Akhirnya bulan Ramadhan yang akan dating kita sudah siap dengan segudang target, baik itu meng-khatamkan al-Qur’an ataupun yang lainnya.
Akhirnya juga kita bisa tinggalkan kebiasaan buruk kita yang telah lama kita kerjakan, yaitu “masuk Ramadhan baca Qur’an nya begitu, keluar Ramadhan juga tetep ngga berubah, tetep salah. Tiap taon kaya begitu, trus buat apa ada kesempatan belajar di Ramadhan?”

Meng-Khatam-Kan Qur’an Itu Gampang Dan Tidak Perlu Nunggu Ramadhan
Urusan mengkhatamkan Qur’an itu buat saya urusan yang paling gampang di antara ibadah-ibadah yang lain. Jadi jangan takut nggak bisa mengkhatamkan Qur’an, karena mengkhatamkan Qur’an itu gampang, sebentar dan bisa kapan saja, nggak perlu nunggu Ramadhan untuk bisa khatam.
Percayakah Anda bahwa dalam satu hari saja, saya atau kita semua itu bisa mengkhatamkan al-Qur’an sebanyak 70 kali bahkan seratus kali. Lah wong nggak butuh waktu lama kok, Cuma sekitar 3 sampai 5 menit kita bisa mengkhatamkan al-Qur’an.
Nabi Muhammad saw bersabda:
“Barang siapa yang membaca ‘qul huwallahu ahad’ (surat al-ikhlas) sekali berarti ia telah membaca sepertiga al-Qur’an” (HR Tirmidzi)
Dengan begitu, kalau kita membaca surat Al-Ikhlas itu sebanyak 3 kali berarti kita telah mengkhatamkan al-Qur’an. Mudah bukan? Jadi tidak perlu nunggu-nunggu Ramadhan untuk kita bisa khatam Qur’an.
Ramadhan itu kesempatan emas untuk kita menambah intensitas ibadah kita kepada Allah termasuk dengan membaca dan mempelajari Al-Qur’an. Bukan kejar-kejaran target siapa yang paling banyak khatamnya. Buat apa khatam berkali-kali tapi tidak mau belajar dan tidak mau sadar kalau bacaan kita tidak benar?
Jadi pertanyaan yang harus keluar dari mulut kita ketika bertemu saudara dan kawan ialah bukan “berapa kali sudah khatam?” tapi “sudah berapa hukum tajwid yang sudah dipelajari?”.
Wallahu A’lam.