Dua Kebahagiaan yang Berbeda
Ramadhan
segera berakhir. Pergi selama-lamanya dan tak akan kembali lagi.
Ramadhan tahun depan adalah makhluk baru lagi. Idul fitri pun mampir
sejenak memberikan kebahagian. Seluruh umat Islam akan berbahagia pada
hari tersebut. Tersenyum, tertawa bahkan ada yang berpesta. Namun
sebenarnya pada hari itu ada dua macam kebahagian yang berbeda. Semoga
kita termasuk kelompok yang pertama dan tidak masuk dalam kelompok yang
kedua.
Kebahagian Pertama
Adalah bahagianya
orang-orang yang telah mengisi ramadhannya dengan berbagai ibadah dan
amal shaleh. Baik disiang hari maupun di malam hari. Siangnya dia
berpuasa dengan penuh iman dan perhitungan. Memaksimalkan puasa mata dan
telinganya dari yang diharamkan Allah. Menahan lidahnya dari ghibah dan
namimah, disamping menahan haus dan lapar. Kemudian dia tetap bekerja
dengan penuh semangat, menunaikan amanah dan hak-hak orang lain di
tempat bekerjanya. Ia sisihkan sebagian waktunya untuk tilawah Al Quran,
membaca makna dan kandungannya, mengulang hafalannya dan berusaha
mencicil amalannya sesuai tuntunan Al Quran. Dan yang pasti dia selalu
berupaya menjaga shalat wajibnya berjamaah di masjid dan menggenapkannya
dengan shalat sunat rawatib
Malam harinya diisi dengan qiyam
ramadhan (taraweh) dengan khusyuk dan tenang. Jauh dari perlombaan cepat
selesai. Mendengarkan ceramah dan kajian keislaman dari berbagai da’I
dan Ustadz untuk menambah ilmu dan wawasan. Lalu menuntaskan tilawah Al
Qurannya 1 juz dalam satu hari. Disamping itu dia juga berusaha untuk
menerapkan sunnah-sunnah Rasulullah saw dalam berbuka dan makan sahur.
Menghindari diri dari sikap berlebih-lebihan dan mubadzir.
Orang ini layak berbahagia pada tanggal 1 syawal, karena Allah telah
memberikan janji ampunan bagi yang berpuasa dan qiyamullail dengan penuh
iman dan perhitungan. Allah juga janjikan dua kebahagian bagi orang
yang berpuasa dengan baik: bahagia dengan berbuka dan bahagia ketika
bertemu dengan Allah nantinya. Ia sangat berhak untuk berbahagia karena
kemampuan dan keberhasilan melakukan kebaikan, ketaatan dan amal shaleh
merupakan karunia Allah yang sangat besar melebihi semua harta dunia. Ia
juga sangat berhak untuk berbahagia karena dia telah menjadikan dirinya
sebagai hamba (budak) Allah bukan budak diri dan hawa nafsunya.
Disamping itu, dia berbahagia karena telah merealisasikan tujuan dari
puasa yaitu melaksanakan perintah Allah dan meninggalkan laranganNya
(taqwa).
Kebahagian orang jenis pertama ini biasanya dirayakan
dengan tetap menjaga amal shaleh selama hari raya, seperti shalat tepat
waktu, menutup aurat, mejalin silaturrahim dan menjauhkan diri dari
perbuatan dosa dan maksiat.
Kebahagian kedua
Adalah
bahagia karena telah terbebas dari beban puasa selama ramadhan. Tidak
ada lagi shalat taraweh di malam hari. Ia bahagia karena memakai pakaian
baru, rumah baru dan mungkin juga kendaraan baru. Bahagia karena bisa
mudik dan pulang kampung bertemu keluarga dan kerabat. Bahagia karena
bisa bertemu teman lama, sahabat, dan reunian dengan sesame alumni
sekolah. Bahagia karena berbagai makanan dapat dinikmati kapan saja dan
dimana saja. Bahagia karena dapat berpergian bertamasya bersama keluarga
ke tempat-tempat rekreasi dan wisata.
Adapun prestasinya
selama ramadhan tidak layak untuk dibanggakan apalagi dihidangkan
kehadapan Allah SWT. Siang hari puasanya hanya menahan lapar dan haus.
Waktu berbuka adalah saat untuk membalas dendam. Shalat wajib jarang
berjamaah ke masjid. Shalat-shalat sunnat tak seberapa yang dilakukan.
Tarawehpun kalau masih bisa memilih, maka dicarinya yang “tercepat dan
terkilat” selesainya. Al quran juga tak sempat menjadi temannya
sehari-hari. Apalagi untuk mengkhatamkannya dalam sebulan, itu baginya
mission impossible. Doa-doa yang khusyuk penuh penghambaan sangat jarang
dilakukan. Apalagi untuk sampai mengalirkan air mata. Dalam
beraktifitas dikantor atau tempat kerjanya pun dilakukan dengan loyo tak
bersemangat. Pelayanan terhadap hak-hak orang lain tidak maksimal
karena alasan puasa.
Dalam mengekspresikan kebahagiannya di
hari raya, biasanya kelompok kedua ini juga sering kebablasan. Shalat
menjadi mudah tertinggal, masjid tidak lagi dikunjungi kecuali
sekali-sekali, aurat dan pergaulan tidak dijaga, dan terlalu mudah jatuh
ke dalam perbuatan dosa dan maksiat.
Kepada kelompok kedua ini
layak diajukan pertanyaan: atas alasan apa anda berbahagia pada hari
idul fitri? Apakah anda merasa mendapat kemenangan? Apakah anda telah
kembali suci atau fitri? Apakah anda merasa telah mendapatkan ampunan di
bulan ramadhan?
Kalau semua pertanyaan tersebut tidak ada
jawaban yang jelas, maka masih ada peluang berbahagia. Yaitu dengan
segera bertaubat dan memohon ampun kepada Allah atas segala kelalaian,
kealpaan, kesombongan, keangkuhan, kecongkakan, yang membuat tidak ikut
serta melakukan amal shaleh selama ramadhan. Segera akhiri ramadhan ini
dengan curahan air mata penyesalan, kepedihan hati dan kekecewaan atas
segala kebaikan yang telah luput. Hanya inilah peluang terakhir dan
harapan yang tersisa, tidak ada lagi setelah itu. Moga bisa bergabung
dengan kelompok pertama.
Tidak usah kita bicara tentang
orang-orang yang selama ramadhan jarang atau tidak berpuasa. Tidak
shalat taraweh, tidak menjaga shalat wajibnya dengan berjamaah, atau
bahkan meninggalkan shalat wajib. Tidak peduli dengan adab dan etika di
bulan ramadhan, tidak tertarik untuk melakukan amal shaleh dan
kebajikan. Orang-orang jenis ini semoga Allah berikan hidayahNya, atau
kalau tidak, ditakbirkan saja empat kali.
Ya Allah, jadikan kami termasuk kelompok yang pertama… yaa Rabb.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar